Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Grup musik Samba Sunda tengah menyiapkan perayaan 30 tahun berkarya. Mereka akan menggelar konser sekitar dua hingga tiga jam pada 8 Agustus 2023 di Institut Seni Budaya Indonesia atau ISBI Bandung. “Kami akan membawakan lagu lama sampai yang terbaru,” ujar Ismet Ruchimat, pendiri dan pimpinan Samba Sunda yang ditemui di ISBI Bandung, Senin, 31 Juli 2023.
Samba Sunda Ungkap Makna Konde Rogan
Pada konsernya nanti Samba Sunda menyematkan tajuk Konde Rogan yang berasal dari judul karya tembang mereka. Menurut Ismet, Konde Rogan semacam layar yang telah lapuk namun masih kuat sebagai analogi bagi Samba Sunda yang dibentuk sejak 16 Februari 1993. Regenerasi kelompok dibentuk lewat Samba Sunda Junior yang berjumlah sepuluh orang, sementara grup seniornya total sebanyak 31 orang dengan biduan yaitu Rita Tila, Mayang Krismayanti, dan Ade Astrid.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sejauh ini menurut Ismet, Samba Sunda masih aktif tampil di beberapa panggung dalam dan luar negeri. Namun setelah pandemi Covid-19, aktivitas mereka belum senormal seperti sebelumnya. Selain itu kelompok musik etnik tersebut masih terus membuat karya aransemen baru. Samba Sunda telah mengoleksi belasan album dalam bentuk kaset dan cakram padat sejak 1998.
Samba Sunda Kombinasikan Musik Modern dengan Instrumen Tradisional
Sejak awal berdiri Samba Sunda mengembangkan musik yang memadukan instrumen tradisional Sunda dengan modern. Selain itu menurut Ismet, komposisi karya mereka juga berbaur dengan beragam genre musik yang ada.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Samba Sunda yang dulu bernama Prawa pada 1992, kemudian CBMW pada 1997, berbasis pada musik tradisi karawitan. Kelompok yang awalnya dibentuk oleh tujuh orang mahasiswa Akademi Seni Tari Indonesia (ASTI) Bandung tersebut menggarap kreasi musik berinstrumen seperti gendang, gamelan, kecapi. Awalnya mereka menggubah lagu-lagu pop barat Top 40 dengan musik degung, kemudian menjajal karya sendiri dengan karawitan.
Ismet mengatakan, konsep musik Samba Sunda bebas memakai beragam instrumen, baik tradisional maupun modern. Dia mengibaratkan musik kelompoknya seperti tarling di Cirebon. “Instrumen yang dipakai bisa apa saja, tapi rasa daerah asalnya tetap terasa,” kata dia. Bercorak musik kontemporer berbasis alat musik karawitan, karya Samba Sunda juga berwarna jazz maupun world music. Kekaryaannya juga memakai gamelan Bali, instrumen modern, serta string seperti kecapi, suling, dan gendang.