Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Digelar Gratis, Penonton Konser 30 Tahun Samba Sunda Membeludak

Pada konser selama tiga jam lebih itu yang dimulai pukul 19.00 WIB, Samba Sunda menyiapkan sedikitnya 38 lagu.

16 Agustus 2023 | 11.50 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Konser 30 Tahun Sambasunda di ISBI Bandung Selasa malam 15 Agustus 2023. Foto: TEMPO| ANWAR SISWADI.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Bandung - Grup musik etnik modern Samba Sunda menggelar konser 30 tahun perjalanannya di Gedung Kesenian Sunan Ambu Institut Seni Budaya Indonesia atau ISBI Bandung, Selasa malam 15 Agustus 2023. Digelar secara gratis, penonton yang datang membeludak hingga memenuhi kapasitas gedung.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

”Kami berterima kasih kepada semua pihak dalam perjalanan Sambasunda selama ini yang luar biasa,”kata pendiri sekaligus pimpinan Sambasunda Ismet Ruchimat saat gladi konser, Selasa, 15 Agustus 2023.

Penonton Samba Sunda Membeludak

Puluhan penonton sempat harus menunggu di luar pada awal pertunjukan karena kapasitas kursi penuh hingga pintu masuk ditutup. Menurut Ismet kursi penonton untuk 250 orang dan 200 orangli lagi di balkon. Penonton yang tertahan di luar akhirnya bisa masuk setelah lantai depan panggung dipakai untuk penonton duduk lesehan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pada konser selama tiga jam lebih itu yang dimulai pukul 19.00 WIB, Sambasunda menyiapkan sedikitnya 38 lagu. Sebagian lagu yang dinyanyikan oleh Rita Tila, Fanny Sabila, dan Mayang Krismayanti, itu juga diiringi tarian. Bertajuk Konde Rogan, kata Ismet, nama itu dimaknai sebagai kain lapuk yang masih kuat dipakai untuk berlayar. “Itu analogi untuk Sambasunda,” katanya.

Tahun Depan Konser Keliling Eropa

Grup musik yang tumbuh dari kampus ISBI itu sejauh ini masih aktif berkarya dan tampil di berbagai pentas, secara tunggal maupun bersama kelompok lain. Pada Mei lalu misalnya mereka berkolaborasi dengan Melbourne Symphony Orchestra di Bandung. Sementara rencana tur keliling Eropa untuk tahun depan telah dirancang bersama promotor langganan yang berbasis di Inggris.

Mayoritas tembang Samba Sunda merupakan karya Ismet, sebagian lagi gubahan anaknya yaitu Hirdzan Maulana serta anggota grup seperti pemain biola Yadi Cahyadi, serta drummer Efiq Zulfiqar. Sebagai upaya regenerasi, dibentuk Sambasunda Junior pada 2009 yang beranggotakan para musisi muda. Warna musik dari dua generasi itu agak berbeda. “Mereka lebih condong ke etnik dengan jazz atau rock, kalau yang senior lebih banyak ke tradisi,” ujar Ismet.

Total beranggotakan 31 orang, namun hanya sekitar separuhnya yang tampil di konser 30 Tahun Sambasunda. Mereka memainkan puluhan tembang lawas hingga yang terbaru, mulai dari Moonding, Bajidor Kahot, Dadalati, Jemplang, Pariaman. Kemudian ada Wening, Tarakaroris, Bamboo Waltz, Konde Rogan, dan Kinanti. Coraknya memadukan musik etnik dan instrumen berbasis tradisional Sunda, dengan alat musik serta tembang modern.

Belasan Album Samba Sunda

Sambasunda kini telah menghasilkan belasan album dimulai dari Rhythmical In Sundanese People (1997), SundaBali: Millenium Ritual (2000), Gebyar Bali Jaipong: Bajidor Kahot (2000), Kompilasi World Music Rough Guide (2000), dan Salsa & Salse: We Play, We Live, We Eat with Bamboo (2002).

Kemudian album kompilasi Island Blues (2002), Kompilasi The Best of Sambasunda (2003), Reggae and Reggoe (2004), Team Risk “Rahwana’s Cry” (2005), Ilustrasi musik Film Dokumenter “Mystic Ball” (2005), Seventh Sense (2007), Sundanese Healing (2008), Sambasunda Quintet (2010), serta Taramurag (2017).

Istiqomatul Hayati

Istiqomatul Hayati

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus