Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Buku

Hermeneutika Pembebasan Hanafi

Hassan Hanafi mencoba mentransformasi teks ke aksi.

13 April 2003 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hermeneutika Pembebasan, Metodologi Tafsir Menurut Hassan Hanafi Penulis : Ilham B. Saenong Penerbit : Terajuku, Jakarta, 2002 Hassan Hanafi, penggagas kiri Islam dan oksidentalisme yang cukup populer di sini, kali ini menyentuh hermeneutika Al-Quran. Dalam Hermeneutika Pembebasan, ia mempunyai gambaran hermeneutika yang praktis, transformatif, dan berdimensi pembebasan (taharrur). Menurut Ilham B. Saenong, penulis buku itu, Hanafi merinci delapan langkah praktis yang bakal mentransformasi teks ke aksi. Itulah langkah demi langkah yang berpangkal pada keberpihakan. Hermeneutika Al-Quran pembebasan Hanafi memanfaatkan landasan ushul fiqh sebagai titik tolak. Ia melihat adanya keterkaitan antara kegiatan penafsiran di satu sisi dan proses pembentukan hukum di sisi yang lain. Hanafi sengaja tak berpretensi menemukan makna sejati teks. Ia lebih senang merumuskan hermeneutika dengan tujuan praktis yang riil. Dalam konteks inilah ia berbeda dengan Rahman, Arkoun, Abu Zayd, dan di lain pihak sama dengan Asghar Ali Engineer dan Farid Esack. Sebagian kalangan memang menuduh hermeneutika Hanafi mengandung propaganda sekularisme, ateisme, marxisme, atau westernisasi. Tapi itulah tuduhan yang hanya melihat karakteristik dan orientasi pemikiran Hanafi, bukan kerangka metodologis gagasannya. Hanafi sendiri telah membuat pembelaan soal ini dalam Manâhij al-Tafsîr Mashâlih al-Ummah dan Methods of Thematic Interpretation. Namun, melihat kuatnya aspek praksis dan keberpihakannya pada praktis sosial itu, Hanafi memang sulit mengelak dari bahaya ideologisasi teks. Ia tidak menyadari ada jenis hermeneutika yang berkepentingan justru untuk menelanjangi borok ideologis dalam penafsiran, bukannya mengafirmasi sisi ideologis itu. Terlepas dari kritik itu, gagasan hermeneutika Al-Quran Hanafi, yang berpihak pada realitas, sangat signifikan dalam wacana metodologi penafsiran Al-Quran. Ia telah menyediakan kritik atas obyektivisme dalam hermeneutika Al-Quran klasik. Pada saat yang sama, ia membicarakan Al-Quran pada taraf sejarah dan teks sebagai fenomena manusiawi dengan menjadikannya sebagai landasan gerakan. Di sini, penulis Ilham berhasil mensistematisasi proyek intelektual Hanafi tentang hermeneutika Al-Quran pembebasan. Istianah el-Ramla, Alumni Pascasarjana UIN Jakarta

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus