Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

Jadi Pemeran Utama, Zsazsa Utari Sindir Standar Kecantikan di Industri Film Indonesia

Zsazsa Utari menyoroti standar kecantikan dan zona nyaman industri film Indonesia lewat perannya sebagai Nadya di Scandal 3: The Final & Sexiest.

11 Januari 2025 | 13.58 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Zsazsa Utari menghadiri konferensi pers serial Scandal 3: The Final & Sexiest pada Jumat, 10 Januari 2025. Foto: Instagram/@vidiooriginals

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Zsazsa Utari mungkin sudah akrab di benak penonton Indonesia sebagai wajah ceria dan celetukan lucunya dalam deretan film komedi seperti Imperfect (2019), 200 Pounds Beauty (2023), atau Pasutri Gaje (2024). Namun, dalam serial Scandal 3: The Final & Sexiest, aktris berusia 21 tahun ini menjajal peran baru di genre drama thriller. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ia memerankan Nadya, seorang polisi muda dengan kemampuan membaca gerak bibir yang menyamar menjadi pekerja seks komersial (PSK) demi membongkar jaringan prostitusi kelas atas. Zsazsa megaku senang dan bersyukur atas peran tersebut. “Karena balik lagi ya, produksi di Indonesia terpaku sama zona nyaman ketika ada aktor atau aktris yang bermain di genre tertentu,” ujarnya di kawasan Senayan, Jakarta Selatan pada Jumat, 10 Januari 2025.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pilihan Editor: Cerita Al Ghazali dan Zsazsa Utari Adu Akting di Scandal 3: The Final & Sexiest

Sindiran Zsazsa Utari Soal Standar Kecantikan di Industri Film

Perjalanan Zsazsa tak lepas dari tantangan standar kecantikan yang telah mengakar di industri film Indonesia. Perempuan berkulit gelap dengan rambut keriting seperti dirinya, kata Zsazsa, kerap tak dilirik untuk peran utama di genre drama. Aktris berdarah Jamaika ini mengaku merasa bangga dapat membawa perubahan kecil dalam representasi perempuan Indonesia di layar kaca.

“Kebanyakan pemain utama kan berkulit putih, berambut panjang, atau ada campuran keturunan mana. Selalu yang—pokoknya cantik standarisasi Indonesia lah,” ungkapnya. Tapi menurut dia, kini standar kecantikan Indonesia sudah semakin terbuka. 

Zsazsa menambahkan bahwa melihat aktris dengan karakteristik fisik seperti dirinya mendapatkan peran utama adalah bentuk dukungan dan representasi bagi banyak perempuan muda di Tanah Air. “Banyak sekali cewek-cewek di luar sana yang berkulit gelap seperti aku atau berambut keriting seperti aku, pengen ngerasa diwakilin,” ucapnya. 

Zsazsa Utari dalam serial Scandal 3: The Final & Sexiest. Dok. Vidio

Mantan aktris cilik itu menilai, perempuan berkulit gelap dan berambut keriting seharusnya tak hanya diberikan peran lucu atau pemeran tambahan saja. “Aku mau ngebuktiin kepada masyarakat luas, Indonesia itu bisa menyajikan film ataupun series dengan pemain yang enggak itu-itu aja,” kata dia.

Produser serial ini, Andre Awe, membenarkan bahwa pemilihan Zsazsa sebagai Nadya adalah langkah untuk mematahkan stereotip dan standar kecantikan di industri film. “Proses pencarian karakter Nadya ini memang agak lama kami timbang-timbang, dan saya punya prinsip, enggak harus putih kalau jadi cantik,” ujarnya.

Hampir Menolak Peran karena Adegan Eksplisit

Tawaran untuk memerankan Nadya awalnya disambut skeptis oleh sang ayah sekaligus manajer Zsazsa yang sempat keberatan ketika membaca sinopsis serial tersebut. “Ayah aku kirim sinopsis waktu aku lagi di Malaysia. Katanya, ‘Kayaknya enggak deh,’” ujar Zsazsa. Alasannya ada beberapa adegan eksplisit yang melibatkan Zsazsa dan Al Ghazali, lawan mainnya yang memerankan Max, seorang mafia dan tangan kanan dari bos jaringan prostitusi. 

“Sebenarnya aku juga sempat takut sih. Tapi kan ini syuting doang,” kata dia. Akhirnya, setelah diskusi panjang, Zsazsa berhasil meyakinkan ayahnya bahwa peran ini adalah tantangan profesi. Bagi Zsazsa, mengambil risiko dalam peran baru adalah bagian dari perjalanan kariernya.

Scandal 3: The Final & Sexiest membawa alur cerita yang lebih intens dibandingkan musim sebelumnya. Serial yang digarap sutradara Dom Dharmo ini mengisahkan Nadya yang harus menghadapi dilema moral antara tugas dan cinta. Max, mafia yang diperankan Al Ghazali juga merupakan tangan kanan Prince (Ibnu Jamil), otak di balik jaringan prostitusi kelas atas.

Selain ketegangan aksi, serial ini juga menawarkan lapisan drama. Penonton diajak menyelami konflik internal Nadya saat ia mencoba menyeimbangkan tugasnya sebagai polisi dengan perasaannya terhadap Max. Diproduksi oleh Vidio dan Sky Films, serial ini tayang perdana pada 9 Januari 2025.

Adinda Jasmine

Adinda Jasmine

Bergabung dengan Tempo sejak 2023. Lulusan jurusan Hubungan Internasional President University ini juga aktif membangun NGO untuk mendorong pendidikan anak di Manokwari, Papua Barat.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus