Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Jejak Puisi dan Karya Monumental Amir Hamzah

Dalam buku Amir Hamzah: Radja Penjair Pudjangga Baru, secara keseluruhan Amir menulis 50 puisi, 12 artikel, 4 cerpen, 3 koleksi puisi, dan lainnya.

28 Februari 2022 | 17.58 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Buku karya Amir Hamzah. Foto : Goodreads

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta -Tengkoe Amir Hamzah Pangeran Indra Poetera atau biasa dikenal dengan nama Amir Hamzah adalah salah satu sastrawan Indonesia yang termasuk ke dalam angkatan Poedjangga Baroe.

Menurut H.B Jassin dalam
Amir Hamzah : Radja Penjair Pudjangga Baru, secara keseluruhan Amir sudah menulis 50 puisis, 18 potongan puisi prosa, 12 artikel, 4 cerita pendek, 3 koleksi puisi, dan 1 buku. Di samping itu, Amir juga menerejemahkan 44 puisi, 1 bagian puisi prosa, dan 1 buku.

Tulisan-tulisan Amir sebagian besar diterbitkan dalam Poedjangga Baru dan sebagian lainnya diterbitkan dalam Timboel dan Pandji Poestaka. Dalam setiap karya-karyanya yang ditulis, Amir selalu mempertahankan identitas Melayunya.

Buku karya Amir Hamzah. Foto : Goodreads

Berbeda dengan rekan-rekannya, seperti Sutan Takdir Alisjahbana dan Sanusi Pane, Amir tidak memasukan simbol-simbol modernitas Eropa dalam karya-karyanya.

Karya-karya sastra yang ditulis oleh Amir banyak berkaitan dengan cinta dan menceritakan suatu konflik batin yang mendalam. Bahkan, dalam suatu cerpen ia pernah melakukan kritik terhadap pandangan tradisional bangsawan.

Salah satu karya Amir yang monumental adalah Njanji Soenji. Njanji Soenji adalah koleksi puisi pertama Amir yang diterbitkan dalam Poedjangga Baroe edisi November 1937. Njanji Soenji terdiri atas 24 puisi dan sajak empat baris tanpa judul. Dalam Njanji Soenji juga terdapat puisi Amir yang paling terkenal, yaitu “Padamu Jua”.

Selain Njanji Soenji, koleksi puisi Amir yang berjudul Boeah Rindoe juga termasuk ke dalam karya monumental. Koleksi puisi ini diterbitkan dalam Poedjangga Baroe edisi Juni 1941. Koleksi ini terdiri dari 25 puisi dan sajak empat barius tanpa judul. Boeah Rindoe adalah kumpulan puisi yang bertanggal 1928 hingga 1935 dan ditulis ketika Amir sedang berada di Jawa untuk menyelesaikan studinya.

Puisi-puisi ini mengungkapkan kerinduan Amir Hamzah terhadap kampung halamannya dan ia rangkai kerinduan tersebut dalam kata-kata yang indah dan puitis.

Baca juga : Titimangsa Pentaskan Kisah Amir Hamzah, Nyanyi Sunyi Revolusi

EIBEN HEIZIER

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus