Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Bandung - Institut für Auslandsbeziehungen memboyong ratusan barang produk buatan Jerman pada kurun 1907-2007. Koleksi itu dipamerkan di Selasar Sunaryo Art Space Bandung sejak 26 Juli–18 Agustus 2019. Jenisnya seperti desain arsitektur hingga perabot rumah tangga.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Pameran bertempat di empat ruangan terpisah, yaitu di Bale Tonggoh, Galeri Atas dan Bawah, serta ruang sayap yang khusus memajang karya dari Indonesia hasil kerja sama dengan Jerman. Semua barang yang dipamerkan kebanyakan dibungkus kotak kaca. Meskipun pengunjung diizinkan mengambil gambar, ada dua poster yang dilarang untuk direkam.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Mayoritas produk yang ditampilkan berupa perabot rumah seperti piring, gelas, sendok, alat minum, blender, meja, kursi yang sebagian memakai anyaman rotan. Sebuah kursi lipat terlihat menarik karena alas duduk dan sandarannya terbuat dari kaca bening.
Pameran bertajuk 100 Jahre Deutscher Werkbund itu menampilkan karya arsitektur dan desain dari Deutscher Werkbund. Kelompok yang dibentuk selusin seniman dan arsitek seperti Peter Behrens, Josef Hoffmannn, dan Richard Riemerschmid itu bersama selusin firma di Munich membentuk Deutscher Werkbund pada Oktober 1907.
Para pendirinya menetapkan tujuan untuk menyempurnaan karya kriya dan hubungannya dengan seni, industri, dan kerajinan melalui pendidikan, propaganda, dan pengadopsian metode terpadu atas segala persoalan yang relevan. Mereka ingin meningkatkan kualitas produk-produk desain Jerman secara modern.
Sampai sepertiga akhir abad XX kekaryaan mereka mengarah untuk memurnikan dunia industri dari bantal sofa hingga pembangunan urban melalui sudut pandang artistik. Mereka juga ingin mendidik publik dengan benda-benda yang layak bentuk. Pameran yang juga bekerjasama dengan Goethe- Institut itu menyajikan babak penting dari sejarah kebudayaan dan ekonomi Jerman abad ke-20. Beberapa artefaknya seperti poster, model, mebel, desain, gambar, dan foto.
Seorang kurator pameran dari Selasar Sunaryo Art Space Chabib Duta Hapsoro mengatakan, pameran itu menunjukkan hal yang menarik dalam konteks benda keseharian. Sudah sepatutnya orang melihat benda keseharian yang sebelumnya diabaikan atau dilewati begitu saja. “Sebab benda itu merupakan hasil dari kerja pemikiran dan kebudayaan yang tidak sebentar,” ujarnya, Senin, 29 Juli 2019. Selain itu benda-benda keseharian itu juga dinilainya mempresentasikan sebuah sistem atau kebijakan yang dilembagakan secara serius hingga membentuk identitas tertentu.
ANWAR SISWADI