Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Seni

Kisah dan Kenangan Tarian Ronggeng Gunung di Priangan Timur yang Terancam Punah

Saat ingin menggarap tarian tradisional itu dalam pementasan teater, Pradetya pergi ke tempat kelahiran Ronggeng Gunung di Kampung Panyutran.

12 Agustus 2024 | 13.12 WIB

Kesepian ronggeng gunung melibatkan penari lelaki yang menutup wajahnya dengan sarung. Foto: TEMPO ANWAR SISWADI.
Perbesar
Kesepian ronggeng gunung melibatkan penari lelaki yang menutup wajahnya dengan sarung. Foto: TEMPO ANWAR SISWADI.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Bandung - Kesenian Tari Ronggeng Gunung kini dikabarkan terancam punah. Menyandang status sebagai Warisan Budaya Tak Benda dari pemerintah pada 2013, pelaku keseniannya tinggal tersisa sedikit. Sejumlah warga yang terlibat dalam pementasan teater Sang Kembang Bale punya kenangan dan cerita soal tarian itu yang terkenal di daerah Priangan Timur seperti Ciamis dan Pangandaran.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Produser teater, Pradetya Novitri mengenal Tari Ronggeng Gunung pada 2010 di sebuah festival kebudayaan saat pulang ke kampung halamannya di Ciamis. Menjelang tengah malam dia melihat kerumunan penonton yang menyaksikan sekumpulan penari tengah menutupi wajahnya dengan kain sarung. Melingkari api unggun, tarian itu diiringi musik gamelan sederhan dan nyanyian pesinden. “Baru saat itu saya tahu bahwa yang saya saksikan adalah tarian ronggeng gunung,” ujarnya Jumat malam 9 Agustus 2024.

Napak Tilas ke Tempat Kelahiran Tari Ronggeng Gunung

Ketika ingin menggarap tarian tradisional itu dalam pementasan teater, Pradetya dan timnya pergi ke tempat kelahiran Ronggeng Gunung di Kampung Panyutran. Pelaku keseniannya di sana tinggal dua orang yaitu Bi Raspi dan Bi Pejoh yang sudah lanjut usia. “Kesenian ini memang termasuk salah satu yang hampir punah,” kata dia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Koreografer pertunjukan, Rachmayati Nilakusumah sempat mendalami tarian ronggeng gunung dengan berguru ke Bi Raspi dan Bi Pejoh. Menurutnya, tarian itu banyak mengandung filosofi tentang hidup. Selain itu, Ronggeng Gunung punya keunikan dibandingkan dengan tarian lain di Jawa Barat. “Gerakan utama Tari Ronggeng Gunung adalah pada kaki,” ujarnya. Penari yang salah gerakan atau tidak mengikuti irama bakal terinjak kakinya oleh penari lain.

Dari penggalian kisah Ronggeng Gunung oleh penulis naskah Wida Waridah dan Toni Lesmana, ditemukan beberapa hal menarik. Antara lain tentang proses seseorang menjadi peronggeng atau Kembang Bale yang sangat lekat dengan kondisi sosial dan ekonomi serta unsur spiritual. “Juga posisi peronggeng dalam masyarakat yang ternyata lebih dari sekedar penghibur,” ujar Wida.

Titimangsa Foundation menggelar pementasan teater Sang Kembang Bale di NuArt Sculpture Park Bandung pada 9-11 Agustus 2024. Pada pertunjukan selama satu jam lebih itu, model dan artis Ariel Tatum tampil sebagai pemeran utama penari ronggeng gunung. Selain untuk mengenalkan kesenian tradisional itu ke publik yang lebih luas, mereka berupaya agar tarian itU terus hidup di masyarakat.

Istiqomatul Hayati

Istiqomatul Hayati

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus