Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sosok

Kisah Pengrajin Kopi Lebak Meraup Untung Berkat Online

Pekan Ekonomi Kreatif yang digelar Pemerintah Kabupaten Lebak, Banten, menjadi ajang promosi produk UMKM, salah satunya pengrajin kopi.

10 Desember 2018 | 22.18 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Nikmatnya Kopi Daun dalam Tempurung Kelapa

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Pekan Ekonomi Kreatif yang digelar Pemerintah Kabupaten Lebak, Banten, menjadi ajang promosi produk usaha mikro, kecil, dan menengah atau UMKM setempat. Salah satunya pengrajin kopi bernama Milan, yang baru satu tahun menggeluti usaha kopi.

Menurut Milan, penjualan kopinya terus meningkat seiring mudahnya pemasaran melalui online. Ditambah adanya kegiatan pameran. "Omzet kami terus meningkat," kata pria 45 saat ditemui di stand pameran ekonomi kreatis di Lebak, Sabtu, 8 Desember 2018.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Produk kopi Milan diberi merk "Lebak" memang belum genap setahun. Jumlah pekerjanya baru enam orang. Mereka membantu Milan mulai dari memilih kopi yang akan disangrai hingga pengemasan. Harga kopi bubuk yang ditawarkan Milan bervariasi mulai Rp 2.000 sampai Rp 50 ribu per bungkus.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Usaha Milan berkembang tak lepas dari pembinaan pemerintah setempat, terutama dalam hal peningkatan kualitas produk dan pemasarannya. Saat ini pesanan kopi "Lebak" sudah datang dari berbagai daerah seperti Jakarta, Bogor dan Bandung.

Sertifikat  halal dari MUI Provinsi Banten juga sudah dikantongi Milan. Bahkan untuk menjamin bahwa produk kopinya berkualitas sudah terpasang barcode. "Kami selama sepekan ikut pameran meraup keuntungan sekitar Rp 20 juta," kata Milan.

Milan mengisahkan bagaimana keistimewaan produk kopinya. Selain beraroma khas tidak menggunakan bahan pengawet. Kopi diperoleh dari petani di sejumlah kecamatan di Kabupaten Lebak dengan sistem tanam organik. Pohon kopi ini dipastikan tidak terpapar pupuk kimia karena tumbuh di lahan-lahan perbukitan. "Kami menampung kopi jenis arabica,".

Pembeli yang datang ke pameran, kata Milan, tak hanya mencoba menikmati langsung. Banyak di antara mereka yang membeli untuk dibawa pulang. "Kami berharap bisa menembus pasar domestik makin luas," kata Milan.

Kepala Seksi Data dan Informasi Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Lebak Siti Samsiah mengatakan, saat ini jumlah perajin kopi cukup banyak karena bahan baku di Lebak melimpah. Perajin kopi tentu dapat membantu peningkatan ekonomi masyarakat juga penyerapan lapangan pekerjaan.

Selain merek "Lebak", kopi lokal di Banten lainnya di antaranya merek "Badui" dan "Kupu-kupu". "Kami terus mengoptimalkan pembinaan agar produk kerajinan kopi bisa menjadikan andalan ekonomi masyarakat," kata Siti.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus