Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Buku

Makalah gorby tentang rusia baru

Pengarang: mikhail gorbachev london: collins, 1987 resensi oleh: bondan winarno.

26 Desember 1987 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PERESTROIKA, NEW THINKING FOR OUR COUNTRY AND THE WORLD Oleh: Mikhail Gorbachev Penerbit: Collins, London, 1987, 254 halaman, tanpa indeks ADALAH Lenin yang suatu ketika berkata, dalam sejarah, tak pernah tercatat sebuah revolusi sekali jadi. "Setelah sebuah revolusi usai, orang tak bisa berleha dan bersandar pada tonggak kemenangan itu," katanya. Setelah Revolusi Prancis 1789-1793 kaum borjuis melancarkan tiga revolusi lagi (1830, 1848, dan 1871) untuk menyetel kembali sasaran perjuangannya. Revolusi Cromwellian pada 1649 malah memerlukan penyetiran kembali pada 1688 dan akhirnya reformasi 1832 mengukuhkan sebuah kelas baru dalam kekuasaan kaum borjuis. Lalu, mengapa pada ulang tahun ke-70 Revolusi Oktober, Uni Soviet menggerakkan revolusi baru yang dislogankan sebagai perestroika (restrukturisasi)? Itulah dia. Karena ada sekrup yang kendur dalam sosialisme Rusia yang perlu dikencangkan lagi. Dalam bukunya yang baru terbit, Perestroika, New Thinking for or Country and the World, Mikhail Gorbachev -- yang di Amerika Serikat kini akrab dengan panggilan Gorby -- punya kesempatan besar menyusun pleidoi tentang sosialisme Rusia. Bahkan mengklaim bahva dunia juga membutuhkan perestroika. Dalam bahasa dan gaya yang enak dibaca, Gorby telah menjadi public relations officer yang hebat untuk meluruskan bayangan dunia tentang Uni Soviet dan menempatkan bangsanya pada citra yang terhormat. Ketika saya memuji isi buku ini, seorang Amerika yang duduk di sebelah saya di pesawat terbang hanya tersenyum sambil berkata, "Beware of half truth. You may have gotten the wrong half." Dan itu memang sikap yang dapat diharapkan dari seorang Amerika terhadap Uni Soviet. Gorby sendiri dalam bahasa diplomatik yang tinggi menyentil masalah hubungan (atau lebih tepatnya: ketegangan) Amerika Serikat-Uni Soviet dalam sebuah subjudul Alienation is Evil. Menurut dia, Amerika Serikat-Uni Soviet sudah terlalu lama terasing satu sama lain. "Sudah sering kita dengar percakapan orang bahwa Uni Soviet-Amerika Serikat masing-masing bisa hidup tanpa membutuhkan satu sama lain. Secara jujur, terutama dipandang dari segi ekonomi, saya sendiri sering pula berpikir demikian," tulis Gorbachev tanpa tedeng aling-aling. "Dan karena sikap itu pula Amerika Serikat-Uni Soviet telah kehilangan begitu banyak kesempatan berlian untuk melakukan hal-hal yang kontributif bagi dunia. Kegagalan itu hanya disebabkan oleh dua hal: kecurigaan dan kurang percaya diri." Para politikus Barat sering menuduh perestroika sebagai pilihan yang tak bisa dielakkan oleh Uni Soviet untuk berkelit dari masalah ekonomi yang dihadapinya. Dan itu sekaligus merupakan pertanda telah terjadinya krisis terhadap pengejawantahan sikap sosialisme sebagai garis besar haluan negaranya. Seorang penasihat ekonomi Gorbachev sendiri baru-baru ini di Washington, D.C. mengatakan, "Perestroika adalah satu-satunya harapan bagi Uni Soviet untuk mengejar ketinggalannya dan menyejajarkan diri dengan standar hidup dan teknologi Barat." Gorbachev sendiri dalam bukunya itu mengakui, perestroika memang lahir karena ketidakpuasan masyarakat Rusia terhadap hal-hal yang dalam tahun-tahun terakhir ini berkembang di Uni Soviet. "Tetapi, perestroika juga lahir karena kesadaran bahwa selama ini sosialisme tak dimanfaatkan secara penuh. Perestroika bukan hanya dilahirkan karena sasaran dan alasan-alasan pragmatis, tetapi juga karena nurani yang terusik," tulisnya. Gagasan perestroika diajukan Gorbachev pada Sidang Pleno Komite Sentral Partai pada bulan April 1985, satu bulan sesudah ia diangkat menjadi Sekretaris Jenderal PKUS Tetapi ia menolak keras anggapan bahwa perestroika hanya digubahnya dalam waktu sebulan itu. Perestroika, menurut Gorby sudah lama mengusik nuraninya dan sudah lama formula serta siasatnya terbentuk dalam benaknya. Gorbachev mungkin agak terlalu sering menegaskan kembali bahwa perestroika bukanlah sempalan dari Leninisme, tetapi justru merupakan penekanan. "Leninisme adalah sumber ideologi bagi perestroika," tulis Gorby berulang-ulang. Gorbachev sendiri menegaskan bahwa dalam perdebatan untuk menyepakati perestroika, "Kami tidak berdebat seperti kami biasa berdebat di masa lalu. A policy of openness was proclaimed." Maka, lahirlah glasnost yang memberikan dasar bagi pemikiran perestroika. "Kami harus membangunkan dulu orang-orang yang tadinya tertidur, karena perestroika melibatkan semua orang," tulis Gorby. Glasnost memberikan ketegasan bahwa semua orang mempunyai privilege yang sama. Perestroika pada dasarnya adalah mendudukkan kembali sesuatu pada tempatnya. Dalam hal itu dipergunakan konsep sosialisme, from each according to his ability, to each according to his work. Gorbachev mengakui bahwa di Uni Soviet belakangan ini konsep itu lebih sering diselewengkan. "Mereka hanya mengetahui haknya, tetapi tidak mengetahui kewajibannya." Perestroika pada dasarnya meningkatkan derajat harapan dan tanggung jawab sosial manusia. Membaca "makalah" tentang perestroika ini saya tak dapat menyingkirkan ilusi tentang begitu banyak kemiripannya dengan teori re-invention yang dipelopori oleh John Naisbitt dan kini banyak didengung-dengungkan di Barat. Re-invention dan perestroika mempunyai premis yang sama, yaitu perenungan kembali sasaran-sasaran yang mungkin sudah tidak pas lagi dan kemudian merumuskannya kembali. Menyimpulkan bukunya, Gorby menyatakan bahwa tulisannya itu belum lagi usai. Bahkan, tak akan pernah usai. "Ia harus diselesaikan dengan tindakan nyata yang diarahkan pada pencapaian sasaran," tulisnya. Untuk menangkis anggapan bahwa ia melakukan window dressing atas Uni Soviet pagi-pagi ia telah berdalih, "Saya tidak mengundang tepuk tangan Anda bagi Uni Soviet. Saya juga tak ingin menggugah simpati Anda terhadap bangsa kami. Buah perestroika akan menjadi hasil penting bagi hubungan internasional. Perestroika adalah mustahak bagi dunia yang berkelebihan senjata nuklir, dibebani masalah ekonomi dan ekologi, serta masih pula harus menghadapi masalah kemiskinan yang menghantui. People are tired of tension and confrontation." Lalu, Gorby berfalsafah, "We are all students, and or teacher is life and time." Bondan Winarno

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus