Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Film

Mathias Muchus Sebut Satu Peran yang Paling Sulit: Jadi Mayat

Selama 39 tahun berkecimpung di dunia seni peran, Mathias Muchus melakoni satu peran yang menurut dia paling berat. Jadi mayat.

4 Oktober 2019 | 08.25 WIB

Para pemain film Lampor dalam konferensi pers di Epicentrum XXI, Jakarta, pada Kamis 3 Oktober 2019. TEMPO | Chitra Paramaesti
material-symbols:fullscreenPerbesar
Para pemain film Lampor dalam konferensi pers di Epicentrum XXI, Jakarta, pada Kamis 3 Oktober 2019. TEMPO | Chitra Paramaesti

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Aktor Mathias Muchus mengatakan ada satu peran yang dianggapnya paling sulit. Pria yang sudah 39 tahun berkiprah di dunia seni peran, ini mengaku baru saja menyelesaikan satu peran yang susah tersebut.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

"Yang paling susah ternyata berperan jadi mayat," ujar Mathias Muchus dalam konfrensi pers film Lampor di Epicentrum XXI, Jakarta Kamis, 3 Oktober 2019. Mathias berperan sebagai Jamal, seorang juragan tembakau asal Temanggung yang melakukan persugihan agar kaya raya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Di film garapan Guntur Soeharjanto ini, Mathias Muchus dituntut menjadi mayat. Dia dibungkus kain kafan dan harus berakting hidup kembali saat itu. "Ini perjuangan keaktoran saya yang paling berat," kata dia.

Film Lampor. Instagram

Menjadi mayat ternyata merupakan pengalaman yang berkesan untuk Mathias Muchus di film Lampor. Ia pun memuji film ini sebagai film horor yang naik kelas. Musababnya, penggarapan konten, para aktor, dan aktris yang terlibat, sampai efek yang diterapkan begitu serius.

Film Lampor diangkat dari kisah legenda urban Lampor dari Temanggung, Jawa Tengah. Pada era 1980-an Lampor begitu ditakuti masyarakat, sehingga mereka tak berani keluar rumah setelah matahari terbenam.

Poster film Lampor. Instagram

Produser Chand Parwez mengatakan bosan memproduksi film horor. Namun dengan cerita Lampor yang diangkat dari lenegda urban, dia tertarik untuk memproduksinya. "Selama ini film horor hanya menghadirkan teror yang tidak jelas dan tidak ada logikanya, maka saya membuat film horor yang beda," tutur dia.

Selain seramnya Lampor, Parwez juga menghadirkan kebudayaan tradisional Temanggung dalam filmnya. Kebudayaan tradisional yang muncul misalnya jaran kepang dan tutur bahasa Jawa pemainnya. Film Lampor akan tayang pada 31 Oktober 2019 di bioskop Indonesia.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus