Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Mengenal Pesinden atau Profesi Sinden dalam Tradisi Pagelaran Wayang Kulit

Dalam tradisi pagelaran wayang kulit seringkali kita menemui iringan lagu yang dinyanyikan pesinden, apa itu pesinden dan apa saja perannya?

8 Desember 2024 | 21.33 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Sinden mengiringi pagelaran wayang kulit Surakarta di Museum Wayang, Kota Tua, Jakarta, Minggu, 24 September 2023. Pagelaran dengan lakon Gathutkaca Wisuda tersebut menjadi yang terakhir pada tahun ini dikarenakan akan dilakukan perawatan pada Museum Wayang. TEMPO/ Febri Angga Palguna

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Pesinden, atau lebih dikenal dengan sebutan sinden, adalah salah satu profesi unik dalam tradisi seni pertunjukan Jawa. Istilah ini berasal dari bahasa Jawa. Sinden berasal dari kata "pasindhian," yang berarti "yang kaya akan lagu" atau "yang melagukan."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dalam konteks pergelaran, sinden berperan sebagai penyanyi utama yang mengiringi alunan gamelan, baik dalam pertunjukan wayang kulit maupun klenengan. Sementara itu, istilah lain untuk sinden adalah waranggana, yang terdiri dari dua kata: "wara" yang berarti wanita, dan "anggana" yang berarti sendiri. Dahulu, waranggana adalah satu-satunya wanita yang tampil di atas panggung wayang, sebuah peran eksklusif yang kini telah berkembang seiring waktu.  

 Peran Tradisional Pesinden  

Dalam pergelaran wayang tradisional, pesinden memiliki posisi yang khas. Mereka biasanya duduk di belakang dalang, tepat di belakang pemain gender dan di depan pemain kendhang. Kehadiran sinden pada masa itu sering kali diisi oleh istri dalang atau salah satu pengrawit, menambah nuansa keharmonisan dalam kelompok seni tersebut. Pesinden bertugas melantunkan tembang sesuai gendhing yang dimainkan, menjadi penyambung suasana dan emosi antara lakon wayang dengan musik pengiring.  

Selain kemampuan vokal, pesinden juga dituntut untuk menguasai berbagai tembang Jawa yang penuh filosofi dan aturan melodi tertentu. Dalam hal ini, keahlian vokal menjadi aspek utama, tetapi komunikasi yang luas dan pengetahuan budaya juga penting agar pesan dari tembang yang dibawakan dapat tersampaikan kepada penonton.   

Perubahan besar dalam peran dan posisi sinden terjadi pada era Ki Narto Sabdho, salah satu dalang legendaris yang dikenal dengan inovasi-inovasinya. Di bawah pengaruh Ki Narto Sabdho, sinden tidak lagi berada di belakang dalang, melainkan dipindahkan ke depan, di sebelah kanan dalang, menghadap langsung ke penonton. Posisi ini memberikan sorotan lebih besar pada sinden, menjadikan mereka bagian yang lebih terlihat dalam pertunjukan.  

Selain itu, jumlah pesinden dalam pergelaran pun bertambah. Jika sebelumnya hanya seorang sinden yang tampil, kini dalam pementasan modern, jumlahnya bisa mencapai delapan hingga sepuluh orang. Hal ini terutama terjadi pada pertunjukan wayang spektakuler yang membutuhkan variasi suara untuk menciptakan nuansa yang lebih dinamis.  

Dalam dunia pewayangan modern, profesi sinden mengalami transformasi signifikan. Pesinden kini tidak hanya dituntut untuk mahir dalam menyajikan lagu-lagu tradisional, tetapi juga menjaga penampilan fisik.

Mereka sering kali mengenakan pakaian adat Jawa yang elegan dan riasan yang menarik, menjadikan mereka sebagai "pepasren" atau penghias panggung. Penampilan sinden yang muda, cantik, dan menawan sering kali menjadi daya tarik tambahan yang membuat penonton betah menyaksikan pergelaran hingga larut malam.  

Tidak hanya itu, pesinden modern juga menghadapi tantangan baru, seperti bersaing dengan tren musik populer dan tuntutan untuk tampil di berbagai platform, termasuk media sosial dan acara televisi. Hal ini menjadikan sinden semakin relevan dan memiliki peran yang lebih luas dalam mempromosikan budaya Jawa.  

Selain pesinden wanita, beberapa tahun terakhir muncul fenomena unik, yaitu sinden pria. Mereka memiliki suara merdu yang mampu meniru kelembutan suara wanita. Meski berjenis kelamin laki-laki, sinden pria tetap mengenakan pakaian adat Jawa seperti halnya pengrawit pria lainnya. Kehadiran mereka dianggap sebagai inovasi dalam dunia seni wayang, memberikan warna baru dan menarik perhatian khalayak. Tren ini bahkan menjadi pilihan beberapa dalang untuk menambah nilai artistik dalam pertunjukan mereka.   

P2K STEKOM | BOLINGGO TV
Pilihan editor: Viral Video Lawas Candaan Miftah Maulana Menghina dan Merendahkan Yati Pesek

 

 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus