Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Obituari

Berita Tempo Plus

Jakob Oetama, Sang Kompas

Jakob Oetama adalah Kompas. Ia telah membentuk habitus Kompas yang hati-hati selama era Orde Baru yang tidak lekang seiring dengan perubahan rezim politik.

12 September 2020 | 00.00 WIB

Jakob Oetama di Jakarta, 29 Maret 2005./TEMPO/ Usman Iskandar
Perbesar
Jakob Oetama di Jakarta, 29 Maret 2005./TEMPO/ Usman Iskandar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Ringkasan Berita

  • Kompas didirikan P.K. Ojong dan Jakob Oetama, tapi perjalanan sejarah menjadikan Jakob sosok sentral satu-satunya di harian itu.

  • Ojong menolak meminta maaf kepada rezim Orde Baru ketika Kompas dibredel.

  • Rosihan Anwar menyebut sikap Kompas sebagai jurnalisme kepiting.

KABAR meninggalnya Jakob Oetama membawa ingatan saya kembali pada peristiwa enam tahun lalu. Pagi itu, sekitar Maret, saya duduk bersama salah seorang pendiri Kompas tersebut di ruang kerjanya di Palmerah Selatan, Jakarta Pusat. “Jadi Anda kuliah di Leiden? Dulu saya hampir saja kuliah di Belanda juga. Tapi seorang pastor menasihati saya, ‘Jakob, guru sudah banyak. Wartawan belum...,’” demikian tuturnya setelah saya memperkenalkan diri.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus