Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

Mereka Membuat Film yang Salah

5 Oktober 2003 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Imaizumi Koichi, 37 tahun, capek dengan segala perintah dan aturan sutradara. Hampir 12 tahun, semenjak lulus dari SMU, ia membintangi film-film pink—semiporno—di Jepang. Berbagaiperan dimainkannya dalam film pendek yang totalnyamendekati 100 buah itu: dari pria straight hingga gay.

Imaizumi Koichi punya imajinasi, jalan ceritayang hidup di dalam benaknya. Lantas, dengan danayang cekak, yang didapatnya dari hasil urunanteman-teman senasibnya, dia terjun langsung menjadipenulis naskah, juru kamera, dan sutradara. Hasilnya,meluncurlah film dengan tajuk Naughty Boys. Kata dia,film ini merupakan upayanya menghibur teman-teman yang senasib dengannya untuk menatap hidupdengan ceria. Dalam pembuatan film ini, dia melibatkanteman-teman gaynya, untuk ikut bermain film."Mereka semua gratisan," katanya.

Dalam film Naughty Boys, dia menceritakansebuah kisah yang unik tentang sepasang gay diTokyo. Salah seorang dari mereka ketahuan menyelewengdengan pria lain. Perbuatan serong itu membuatpasangannya ngambek dan kabur dari rumah tempatmereka tinggal. Nah, dalam proses buron inilahberbagai percintaan terjadi. Dengan menyisipkan gayakomikal khas Jepang, Koichi menyajikan keceriaan duniagay. Selain itu, tentu saja layaknya film yang dibuatkaum gay, ada adegan romantis dan seks di antara mereka.

Seusai menghadiri pemutaran filmnya, Rabu duapekan silam, ditemani kekasihnya Iwasa Hiroki, 27tahun, Imaizumi Koichi berbincang dengan EndahW.S. dan Irfan Budiman dari TEMPO. Merekaberbicara tentang perkembangan mutakhir kaum gay diNegeri Matahari Terbit. Petikannya:

Dari mana datangnya ide untuk membuat filmini? Kabarnya, film ini berbeda dari film-film gaysebelumnya?

Ya, di Jepang sendiri, film tentang gay itusedikit, apalagi film gay yang dibuat oleh gay.Kebanyakan film gay dibuat sutradara heteroseksual. Merekatidak mengenali gay, selalu membuat film yangsalah. Maksudnya tidak sesuai dengan apa yang dimauioleh kaum gay. Memuat hal-hal yang sifatnya negatif.Saya punya keinginan menunjukkan bahwa gay itutidak jahat atau negatif. Gay itu bisa ceria, bisa jugasenang. Semangat itu yang membuat saya ingin membuat film sendiri.

Apa sih hal-hal negatif itu?

Misalnya, dalam film digambarkan gay jatuhcinta pada laki-laki normal. Lalu yang laki-laki ituenggak mau, gaynya bunuh diri. Itu stereotipe. Banyaksekali film yang menggambarkan gay bunuh diri,padahal teman-teman saya yang gay pun tidak seperti itu.Mereka hidup bahagia.

Tapi film Anda ini buat siapa, sih? Untuk gaysaja atau untuk semua kalangan?

Saya membuatnya untuk menghibur kaum gay dan lesbian, karena lebih mewakili hati nuranidan membuat kami lebih ceria menontonnya. Film inisendiri di Jepang tidak diputar di layar lebar danhanya diputar di tempat tertentu. Meskipun demikian,kalau masyarakat menyenangi film ini, saya senang.

Soal munculnya adegan seks dalam film,bukannya itu malah menimbulkan penolakan dari kaumheteroseks?

Adegan seks itu bagi saya lumrah. Kalau kitaberbicara tentang kehidupan, seks akan selaluhadir. Sebenarnya, dalam adegan-adegan itu ada pesan,misalnya untuk bercinta secara aman, memakaikondom dulu. Itu sebenarnya pesannya. Kalau orangmenganggap itu tabu, ya, apa boleh buat. Tapi, bagisaya, kehidupan seksual itu memang dialami manusia,tidak hanya milik wanita-pria, tapi juga milikpasangan gay dan lesbian.

Tapi apakah benar film yang Anda buat merupakan semacam upaya membujuk masyarakat ataupemerintah agar menerima kaum gay? Lagi pula pemerintah Jepang tidak melindungikaum gay dengan perangkat hukum....

Memang sebenarnya banyak pasangan gay yangingin menikah. Memang di Jepang tidak ada peraturan yangmelarang pernikahan sesama jenis. Saya sendiritidak memimpikan itu. Dengan film, saya justru ingin menunjukkanminimal gay itu tidak dianggap pemalas olehmasyarakat. Saya lebih concern mengubahpandangan masyarakat terhadap gay ketimbangmenggerakkan pemerintah agar membuat keputusan tentang gay.

Memangnya bagaimana masyarakat di Jepang melihat gay?

Walaupun di Jepang agama tidak begitu kuat, mereka masih sangat tertutup untuk masalah ini, sehingga banyak kaum gay yang menyembunyikan hal ini ke permukaan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus