Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Magelang - Perupa kelahiran Denpasar Bali I Made Arya Dwita Dedok menggelar pameran lukisan bertajuk ‘On Multiculturalism’. Pameran tunggal yang menampilkan 17 karya tangan Dedok itu ditampilkan di Gedung Lokabudaya Magelang di Jalan Alun-alun Selatan Nomor 9 mulai Sabtu, 10 Juni dan berakhir 17 Juni 2023. Pameran terbuka untuk umum, setiap hari mulai pukul 10.00 WIB hingga pukul 20.00 WIB.
Pameran Lukisan Usung Tema Kebersamaan dalam Perbedaan
Pria lulusan Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta 1997 tersebut menyalakan tema itu dipilih untuk mengingat kembali nilai-nilai kebersamaan dalam perbedaan, baik atas relasi sosial manusia dengan manusia, hingga metafor dan simbol-simbol ‘pengingat’ yang menegaskan hubungan budaya yang harmonis. Melalui lukisannya, Dedok menceritakan berbagai pengalaman seni bermasyarakat, cakrawala literasi multikultur, pemikiran kritis atas pluralitas, pengalaman batin bertoleransi, hingga spiritualitas laku mistik melalui jalan seni.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Sebagai pelukis kartunis, Dedok mampu menceritakan karakter jiwanya yang ‘ringan, riang, dan humoris’ sentuhan subjektifnya terhadap berbagai gagasan karyanya mengandung elemen karikatural yang kuat, ilustratif dengan pendekatan fantasi berobjek naturalistik.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Hal itu menandakan keinginan kuatnya bahwa seni selain sebagai media ekspresi personal yang indah, bisa sekaligus sebagai media edukasi dan refleksi kritik. Menurut Dedok, dari 17 karya yang ia tampilkan, semuanya memiliki tingkat kerumitan dan ceritanya masing-masing.
Perjuangan dalam Masa Pandemi
"Karya Badai Pasti Berlalu ini menceritakan struggle nya masyarakat ketika pandemi, maka ini pakai masker, kemudian gambar pria dan wanita yang di manapun akan perlu saling bersinergi, rumah-rumah menyimbolkan penduduk yang hidup berdampingan," kata Dedok saat ditemui Tempo, kemarin.
Dedok bersama karyanya Badai Pasti Berlalu. Tempo/Arimbihp
Tak hanya itu, Dedok juga membawakan 1 lukisan bertema perlindungan masyarakat yang berjudul The Barong Love and Peace. "Barong bagi masyarakat disimbolkan sebagai sosok pelindung, kemudian di Jawa, Gatotkaca juga menjadi sosok pahlawan, keduanya saling bekerjasama menghalau panah-panah kesulitan hidup, ini ada simbol loreng hijau, yang bisa diinterprestasikan bahwa pahlawan juga ada pada sosok-sosok tentara atau keamanan masyarakat," kata dia.
Sosok yang sudah lebih dari 30 tahun bergelut di dunia seni lukis itu ingin mengajak masyarakat untuk terus menyuarakan toleransi dan kedamaian di manapun berada melalui goresan warna dalam setiap karyanya. "Minggu depan saya juga akan menggelar pameran di Jepang, mewakili Indonesia sebagai salah satu pelukis kartunis," ujarnya menambahkan.
Ketua Dewan Kesenian Kota Magelang (DKKM) Muhammad Nafi menuturkan, karya-karya perupa I Made Arya Dwita Dedok terasa menggelitik mengundang senyum. "Karya-karya yang ditampilkan mengandung ciri kode-kode dan simbol-simbol yang mampu menarik kita masuk ke suasana romantisme budaya atau kultur," tuturnya.
Menurut Nafi, goresan Dedok banyak menampilkan manusia sebagai animal symbolicum, makhluk yang mengerti serta membentuk simbol. Lewat tiap karyanya, Dedok juga memperlihatkan kesungguhannya dalam merespon isu-isu sosial kekinian dalam narasi-narasi visual yang banyak menghadirkan elemen-elemen budaya.
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.