Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Art Jakarta Gardens kembali digelar di Hutan Kota by Plataran hingga Ahad, 28 April 2024.
Sejumlah galeri memanfaatkan pameran seni rupa tersebut untuk memamerkan sekaligus menjual koleksi mereka.
Penggemar bisa membeli koleksi dengan harga relatif lebih murah dan mendapat opsi lebih banyak ketimbang di galeri.
INI cara unik menikmati seni rupa: pameran seni di ruang terbuka. Art Jakarta Gardens digelar di Hutan Kota by Plataran di Gelora Bung Karno, Jakarta Pusat, hingga Ahad, 28 April 2024. Di bawah rindangnya pepohonan berjejer 30 patung, termasuk karya seniman kenamaan G. Sidharta dan Nyoman Nuarta.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ada pula patung karya Studio this/PLAY asal Jakarta yang bekerja sama dengan Roca, produsen alat mandi dari Spanyol. Mereka menghadirkan patung perempuan yang sedang membaca buku di bak mandi penuh darah. Karya ini terinspirasi oleh lukisan The Death of Marat bikinan Jacques-Louis David pada 1973, patung Fountain karya Marcel Duchamp pada 1917, dan lukisan The Art of Painting karya Johannes Vermeer pada 1668.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selain itu, ada patung kontemporer seperti karya Arkiv Vilmansa. Brotherly Love Monochrome, yang terinspirasi oleh Mickey Mouse, menjulang 2 meter di area terbuka. Sedangkan di dalam ruangan, versi figurine-nya dijual di gerai Museum of Toys.
Art Jakarta Gardens di Hutan Kota by Plataran, Kompleks Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta, S23 April 2024. TEMPO/M. Taufan Rengganis
Art Jakarta Gardens merupakan pameran seni rupa tahunan yang berlangsung di area yang dulu dikenal dengan Plataran Senayan tersebut. Pameran ini bagian dari Art Jakarta yang berlangsung sejak 2009—awalnya dinamai Bazaar Art Jakarta yang berlangsung di area tertutup, seperti Jakarta International Expo dan Jakarta Convention Center. Pergeseran lokasi ke ruang terbuka berlangsung pada 2022, dengan pertimbangan adanya pembatasan pada masa pandemi Covid-19.
Meski mengusung tema ruang terbuka, Art Jakarta Gardens juga menggelar pameran di ruang tertutup. Di dua tenda besar berpenyejuk udara itu dipajang ratusan karya dari 23 galeri asal Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Bali, dan Kuala Lumpur.
Pekan seni seperti Art Jakarta Gardens dimanfaatkan betul oleh pengelola galeri untuk memamerkan koleksi mereka bersama-sama. Museum of Toys, misalnya. Galeri yang mewadahi seniman mainan ini juga memajang karya King Saladeen dari Amerika Serikat dan Lara Marino asal Swiss. Semua itu, tentu saja, dijual.
Satu karya Arkiv Vilmansa dibanderol Rp 5,8 juta dan laris manis. Herwin Trisaputra, anggota staf Museum of Toys yang ditemui Tempo di lokasi pasar seni temporer itu, mengatakan pihaknya menyediakan 150 figur karakter tersebut dan hanya tersisa lima pada hari pembukaan pameran, Selasa, 23 April lalu. "Sebanyak 40 persen terjual online dan sisanya di pameran," ujarnya.
Secara kasar, Herwin menghitung angka penjualan saat pameran 50 persen lebih tinggi ketimbang pada hari-hari biasa di galeri. Hanya, Herwin melanjutkan, kenaikan jumlah penjualan tidak merata. "Biasanya hanya untuk koleksi toy artist yang sedang disorot," katanya.
Dengan pertimbangan itu, Museum of Toys telah delapan kali mengikuti Art Jakarta dan Art Jakarta Gardens. Dalam pameran terbaru, mereka menyewa lapak seharga Rp 150 juta.
Herwin mengatakan pameran merupakan kesempatan bagi penggemar membeli koleksi seni dengan harga relatif lebih murah. "Seusai event, harganya bisa naik lima sampai 10 persen," ujarnya. Adapun Museum of Art menyewa lapak di sana sekitar Rp 150 juta.
Pekan seni seperti ini juga dimanfaatkan perusahaan yang tidak berkaitan langsung dengan seni sebagai wadah sosialisasi, misalnya Bibit, aplikasi investasi digital. Mereka menggandeng Erwin Windu Pranata, seniman multidisiplin asal Bandung, untuk menghadirkan patung tiup berjudul The Bouquet: Fall and Grow.
The Bouquet: Fall and Grow karya Erwin Windu Pranata. TEMPO/M. Taufan Rengganis
William, pejabat hubungan masyarakat dan komunikasi Bibit, mengatakan patung dari daun keladi yang bermakna proses pertumbuhan tanaman itu juga menggambarkan investasi. Ini merupakan keikutsertaan kedua mereka dalam Art Jakarta Gardens. Sebelumnya, Bibit dua kali membuka lapak dalam Art Jakarta.
Hasilnya nyata. William mengatakan peringkat aplikasi mereka di Play Store naik dari posisi ke-20 ke urutan ke-5 setelah pertama kali ikut Art Jakarta. "Kami ingin ikut menanamkan pengetahuan soal investasi kepada masyarakat lewat event semacam ini," katanya.
Terlepas dari keinginan membeli karya atau tidak, pekan seni seperti Art Jakarta Gardens hampir selalu masuk agenda pencinta seni. Marcello, 27 tahun, termasuk di antaranya. Petang itu, ia khusyuk memandangi sejumlah lukisan. Dia juga bolak-balik bertanya kepada pengelola galeri di stan mereka. Karyawan perusahaan swasta di Jakarta Pusat itu mengalokasikan Rp 5 juta untuk membeli lukisan di sana. "Ada satu yang saya incar, tapi tidak sedang dipamerkan," ujarnya.
Sejak tiga tahun lalu, Marcello jatuh cinta pada lukisan abstrak. Dia mengaku memperoleh kenikmatan tersendiri dengan memandangi karya seni itu di rumahnya. Koleksinya ada sepuluh lukisan dan hampir dipastikan bakal bertambah dari pembelian di Art Jakarta Gardens.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo