Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Cerita fiksi merupakan salah satu karya sastra yang isi kisah atau ceritanya bersifat fiksi atau tidak nyata. Disebut sebagai cerita yang tidak nyata karena cerita fiksi dibuat berdasarkan pada imajinasi penulisnya dan bukan berdasarkan pada kenyataan yang ada. Kata fiksi sendiri berasal dari bahasa Inggris, yakni ‘fiction’ yang berarti khayalan atau rekaan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Melansir dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) cerita fiksi adalah cerita rekaan berupa roman, novel, dan lain sebagainya. Cerita fiksi sendiri merupakan salah satu dari cabang sastra yang menyusun dan membuat karya dengan bentuk narasi imajinatif. Cerita fiksi ini umumnya terdapat dalam bentuk prosa, seperti dongeng, novel, dan cerita hasil imajinasi lainnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Cerita fiksi dapat terdiri dari novel atau cerita pendek yang berasal dari khayalan atau bersifat imajinatif. Sehingga, cerita fiksi menjadi karangan non ilmiah yang tidak berdasarkan pada kenyataan atau fakta. Meskipun fiksi adalah cerita karangan dan kerap disebut tidak memedulikan sejarah, namun banyak cerita fiksi yang dibuat karena terinspirasi dari fakta sejarah yang ada.
Pengertian Cerita Fiksi
Secara harfiah, kata fiksi juga diambil bahasa bahasa Latin, yaitu ‘fictio’ yang memiliki arti tindakan membuat, membentuk atau mencetak. Jadi, cerita fiksi adalah cerita tentang sesuatu yang sengaja dibuat atau dibentuk oleh seorang penulis. Jenis cerita ini mengacu pada karya sastra yang dibuat dalam bentuk narasi dan berdasarkan pada imajinasi penulisnya.
Semua hal yang berada dalam cerita fiksi itu bersifat khayalan atau tidak nyata. Tokoh, latar, alur, dan konflik dalam cerita fiksi umumnya bersifat realitas imajinatif. Sehingga kebenaran yang terdapat dalam cerita fiksi itu bersifat logis menurut penalaran bukan kebenaran yang objektif. Oleh karena itu, kebenaran logis dari cerita fiksi selalu memiliki penafsiran yang berbeda bagi setiap pembacanya.
Ciri-Ciri Cerita Fiksi
Berdasarkan pada buku pelajaran Tematik Kelas 2 SD Tema 8, cerita fiksi memiliki beberapa ciri-ciri tersendiri. Ciri-ciri inilah yang membedakan cerita fiksi dengan karya sastra lainnya. Berikut beberapa ciri-ciri cerita fiksi:
1. Cerita Dibuat Berdasarkan Hasil Rekaan, Karangan atau Tidak Nyata
Peristiwa atau kisah yang terdapat dalam cerita fiksi merupakan buatan penulis yang tidak nyata karena berasal dari khayalan. Namun biasanya, penulis akan membuat cerita fiksi karena terinspirasi dari kejadian nyata. Cerita tersebut kemudian penulis tambah dan kurangi beberapa bagian untuk kebutuhan cerita.
2. Dibuat dengan Tujuan Menghibur atau Menceritakan Suatu Peristiwa
Cerita fiksi bertujuan untuk menghibur pembaca. Penulis juga ingin menceritakan suatu peristiwa yang menurutnya menarik ketika membuat karya sastra tersebut.
3. Alur Ceritanya Menarik
Pada umumnya, cerita fiksi akan dibuat dengan alur cerita yang menarik. Alurnya juga dibuat dengan kronologis dan jelas. Hal dibuat agar pembaca dapat menikmati ceritanya.
4. Menggunakan Bahasa yang Komunikatif
Meski dibuat berdasarkan imajinasi, cerita fiksi tetap menggunakan bahasa yang komunikatif dalam narasinya. Hal ini berarti cerita fiksi menguraikan suatu rangkaian cerita dengan penyampaian yang mudah dipahami. Sehingga, pembaca dapat memahami makna tulisan tersebut dalam sekali baca.
5. Menggunakan Bahasa yang Menarik dan Tidak Baku
Cerita fiksi adalah karya sastra yang dibuat dengan bahasa yang menarik dan tidak baku. Ini dilakukan agar pembaca dapat menikmati alur cerita dengan mudah dan seperti membaca sebuah buku harian. Meski begitu, bahasa yang digunakan dalam cerita fiksi tetap sesuai pedoman umum ejaan.
6. Cerita Dapat Menyentuh Perasaan Pembaca
Karena menggunakan bahasa yang komunikatif dan tidak baku, penulis umumnya akan menyajikan cerita fiksi dengan pemilihan kata yang indah. Selain itu, penulis juga akan menumpahkan emosinya ke dalam tulisan tersebut. Sehingga cerita fiksi tersebut dapat menyentuh emosi pembaca.