Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Karya patungnya bercorak nonrepresentasional. Tak ada bentuk-bentuk khas yang bisa menunjukkan pengertian tertentu dari garis-garis geometris pada semua karya patungnya.
Meski demikian, tampak muncul ketegangan ketika melihat karyanya. Perupa kelahiran Dusseldorf, Jerman, 49 tahun lalu ini menyusun bentuk-bentuk kubus, trapesium, atau bentuk lingkaran secara vertikal sebagai sebuah bentuk abstrak yang lebih merupakan eksplorasi terhadap elemen rupa. Coba simak karyanya berjudul Dialogue, yang terdiri dari tiga karya patung. Karya pertamanya berupa bentuk kubus berukuran kecil menopang sebuah bentuk seperempat lingkaran dengan ukuran yang lebih besar yang diletakkan pada posisi tidak seimbang. Tapi di atasnya terdapat bentuk trapesium dalam posisi melintang, yang justru menetralkan kesan ketidakseimbangan itu. Karya keduanya berupa bentuk kubus berukuran kecil yang di atasnya diletakkan bentuk seperempat lingkaran dan masih ditindih dengan bentuk mangkuk. Pada karya ketiga, Ernst Hesse meletakkan keniskalaan (abstraksi) bentuk alat penimbang di atas sebuah bentuk kubus dalam ukuran kecil. Pada kedua mangkuk timbangan itu terdapat bentuk kubus dalam ukuran yang lebih kecil lagi.
Citra psikologis yang dihasilkan karya ini adalah sebuah keseimbangan yang muncul dari ketegangan struktur bentuk. Konfigurasi antara bentuk-bentuk yang berbeda secara ekstrem itu berada dalam susunan yang mencitrakan struktur yang tidak kukuh, mudah tergelincir, dan berantakan. Tapi, kalau kemudian Ernst Hesse memberi judul Dialogue, memang cerita rupa yang mungkin muncul adalah sebuah percakapan antara bentuk yang berbeda dan saling mengimpit dalam sebuah ketegangan. Bak sebuah percakapan antara sejumlah orang yang berbeda pendapat secara ekstrem dengan kekuatan intelektual yang berbeda. Secara sederhana, gejala ini menimbulkan ketegangan yang tak akan menemukan simpul yang sama. Tapi persentuhan secara fisik dalam karya Ernst Hesse seolah menggambarkan idealisasi sebuah hubungan yang saling memberi dan menerima. "Percakapan merupakan peluang untuk belajar memahami, menjaga adanya rasa ingin tahu, dan mungkin juga untuk bisa membantu," kata Hesse. Hal yang sama juga tampak pada karya yang lain juga dengan judul yang sama.
Yang menarik, Ernst Hesse menggarap materi dengan ketepatan pengukuran yang sangat ketat sehingga bentuk yang dihasilkan menjadi matematis, kaku, dan terkesan sederhana, dengan permukaan yang dibiarkan menampilkan tekstur kasar dan penuh karat. Warna-warna yang cenderung monokrom tampak mendominasi semua karyanya, baik pada karya patung, grafis, maupun fotografi. Tapi, anehnya, bentuk-bentuk yang serba kaku dan bertentangan secara ekstrem itu menghasilkan suasana ruang yang hening dan dingin. Jauh dari suasana hiruk-pikuk dan hampir tidak memunculkan dinamika bentuk.
Karya Ernst Hesse mengingatkan orang pada karya Piet Mondrian, pelukis Belanda yang mengeksplorasi bentuk-bentuk geometris yang terkesan sangat matematis. Sebenarnya, eksplorasi terhadap bentuk geometris pada mulanya dimotori oleh Paul Cessane, tokoh post-impresionis Prancis. Menurut Cessane, semua bentuk yang berasal dari bumi adalah bentuk geometris. Di Indonesia pengaruh ini tampak pada karya Fadjar Sidik, pelukis senior bergaya abstrak geometris dari Yogyakarta, dan pada umumnya pelukis alumni ITB. Karya semacam ini biasanya menonjolkan pengorganisasian bentuk yang sangat rapi.
Yang membedakan Ernst Hesse dengan karya seniman bergaya abstrak geometrik lainnya adalah citra yang sangat dingin, yang jauh dari ingar-bingar pengolahan bentuk dan warna. Pameran ini seolah mengajak penonton masuk ke alam modernisme yang sangat patuh pada konvensi seni rupa, meski secara konseptual karyanya justru cenderung menabrak konvensi modernisme.
R. Fadjri
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo