Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Perempuan muda itu duduk di kursi roda, mengenakan baju putih dan penyangga leher. Minggu sore pekan lalu, Agnes Monica meninggalkan Rumah Sakit Siloam, Jakarta Barat, setelah lima hari menjalani perawatan medis akibat cedera otot punggung dan gangguan di lambung. ”Masih ngilu tapi sudah lebih baik. Pertama masuk rumah sakit enggak bisa duduk dan berdiri,” kata Agnes.
Agnes Monica adalah perempuan pekerja keras dan energetik. Sebelum jatuh sakit, kegiatannya berderet seperti kereta, dari olahraga, latihan musik, hingga persiapan menyanyikan lagu tema di perhelatan SEA Games pada November mendatang. Dia juga membuat lagu baru dan melakukan show di berbagai kota. Waktu tidurnya hanya empat sampai lima jam sehari.
Tanpa ia sadari, punggungnya mulai sakit dan tangannya tak bisa digerakkan. Tapi, baru beberapa hari keluar dari rumah sakit, Agnes sudah aktif kembali dengan berbagai pentas di atas panggung, salah satunya menyanyi di Manado, Rabu pekan lalu. Ia tak mau kegiatannya surut karena sakit.
Keluargalah yang membentuk karakter Agnes menjadi pekerja keras dan disiplin. Lahir sebagai putri keluarga atlet, ibunya Jenny Siswono atlet tenis meja, dan ayahnya Ricky Suprapto atlet basket. Sejak kecil Agnes ditempa dengan didikan atlet yang penuh kedisiplinan.
SEMUANYA berawal dari impian. Mengenakan kaus putih bertulisan ”Dream, Believe, Make It Happen”, Agnes Monica berdiri di depan ratusan orang dan berkampanye mengenai upaya mewujudkan impian, sesuai dengan kata-kata yang tercetak di kausnya.
”Jangan takut untuk meraih mimpimu,” kata perempuan kelahiran 1 Juli 1986 ini dalam sebuah acara @America, di Pacific Place, Jakarta. Ia berbagi impiannya untuk go international, yang tercetus sejak 2003.
Kekuatan impian itu membawa Agnes mendapat kesempatan mendunia melalui duetnya dengan Michael Bolton, penyanyi Amerika Serikat. Bolton menggandeng Agnes untuk menyanyikan satu tembang dalam album barunya, Said I Love You But I Lied, yang pernah populer di Indonesia beberapa tahun silam.
Undangan duet dari Bolton datang saat Agnes tengah sibuk menggarap sebuah proyek di Los Angeles, Amerika Serikat, selama dua bulan. Agnes langsung mengiyakan. Penyanyi yang pernah tampil sebagai pembawa acara di karpet merah American Music Awards 2010 ini kemudian bertemu dengan Bolton.
”Michael cerita ada tiga lagu di album saya yang dia suka. Di album Sacredly Agnezious dan And The Story Goes,” kata Agnes kepada Tempo di Jakarta.
Bolton mengetahui portofolio Agnes dari Sony/ATV Music Publishing. Agnes memang teken kontrak dengan Sony beberapa bulan setelah kemunculannya di ajang musik Amerika terbesar itu. Tak butuh waktu lama, Bolton dan Agnes melakukan rekaman di Los Angeles sekaligus membuat klip videonya.
Album Bolton sejatinya diluncurkan pada Juni, tapi mundur. ”Lagu-lagu dalam The Duets Collection belum selesai terekam semuanya,” kata Michael Bolton dalam blognya pertengahan bulan lalu. Ia melanjutkan, ”Saya baru menyelesaikan mastering mix untuk Said I Love You..., duet dengan Agnes Monica.”
Seusai rekaman dengan Bolton, Agnes kembali terpilih memenangi tujuh kategori Japan Pop Asia Awards, ajang penghargaan untuk seniman Asia, seperti Jepang, Taiwan, dan Korea. Mantan presenter acara anak Tralala-Trilili ini mendapat kabar itu justru dari para penggemarnya lewat jejaring sosial Twitter.
Namanya sempat menghilang dari daftar nominasi karena panitia belakangan mengetahui Agnes bukan warga negara Jepang, Korea, atau Cina. Para penggemarnya memprotes kebijakan panitia J-Pop. ”Puji Tuhan, aku punya fan yang luar biasa dan sangat mendukung aku. Akhirnya J-Pop berpikiran bahwa ini Asia, jadi namaku dimasukkan lagi,” tuturnya.
Bintang keberuntungan bersinar untuknya: Agnes meraih tujuh penghargaan, antara lain kategori artis/band favorit, penyanyi wanita terbaik, kemampuan musik terbaik (vokal dan instrumental), dan penyanyi wanita terseksi. Dia mengalahkan deretan nama seperti Utada Hikaru, Ayumi Hamasaki, Super Junior, dan Super Girls.
Penghargaan ini tak lepas dari hasil kerja keras Agnes beberapa tahun lalu. Pada 2005, Agnes terlibat dalam serial drama Asia berjudul The Hospital di Taiwan, yang dibintangi Jerry Yan, salah satu personel F4, dan tampil di beberapa episode serial Romance in The White House bersama Peter Ho.
Pada Oktober 2008, Agnes tampil di panggung Asia Song Festival di Seoul World Cup Stadium, yang diselenggarakan Korea Foundation for International Culture Exchange, Korea Selatan. Lagu Goda Aku Lagi dan Shake It Off yang ia nyanyikan membuatnya berhasil membawa pulang penghargaan The Best Asian Artist Award.
”Mami ngajarin aku, penghargaan bukan tujuan utama. ’Menang atau tidak, fokus utama adalah prestasi dan karya-karyamu’,” ujar perempuan yang melepaskan kuliahnya di Fakultas Hukum Universitas Pelita Harapan dan mengambil kuliah jarak jauh di Oregon State University, Amerika Serikat, jurusan ilmu politik ini.
Jalan Agnes tak selalu mulus. Ada berbagai cibiran atas cita-citanya untuk go international. Menghadapi semua itu, ia memilih menyaring perkataan yang masuk. ”Kalau acuannya omongan orang, bisa gila,” ujarnya. Ia memilih berfokus pada pencapaian mimpinya.
Pengamat musik Bens Leo mengatakan perhelatan American Music Awards menjadi batu lompatan besar buat Agnes. Menjadi pembawa acara karpet merah membuat Agnes punya kesempatan berduet dengan Christian Chavez, penyanyi muda Meksiko, dalam lagu En Donde Estas. ”Di sanalah penampilan Agnes dinilai,” kata Bens.
Faktor lain yang mendukung kepopuleran Agnes adalah kepandaiannya memanfaatkan perkembangan teknologi Internet dan media sosial. Biodata, prestasi, dan karyanya yang terpampang di Internet memudahkan orang di luar negeri mengetahui siapa Agnes. ”Ia tak perlu mengirim file, tapi orang tinggal mencarinya di Internet,” kata Bens.
Selama tiga tahun mengamati perkembangan Agnes, Bens melihat sosoknya tak sekadar penyanyi perempuan dan pencipta lagu. Bens menganggap Agnes istimewa, karena jarang ada penyanyi seusianya yang bisa merangkap sebagai konseptor. ”Dia mengonsep semua lagu, album, tari, klip video. Dia bereksplorasi total,” ujarnya.
Dari sisi teknik vokal, lanjut Bens, tipikal suara Agnes agak tipis. Namun, karena teknik vokal yang bagus, lagu-lagu dengan tingkat kesulitan tinggi seperti falseto bisa dibawakan dengan baik.
Agar makin mendunia, menurut Bens, Agnes harus mengambil kesempatan berduet dengan grup musik dari luar negeri yang menggelar konser di Indonesia. Dengan kata lain, Agnes bisa menjadi artis pendamping artis yang aliran musiknya dekat. ”Menderetkan artis asing dengan Indonesia akan lebih menarik perhatian dunia. Apalagi sekarang banyak promotor mengundang artis asing ke Indonesia,” katanya.
Bens menambahkan, sudah saatnya Agnes memiliki manajer khusus internasional, yaitu orang yang mengerti pemetaan dan jaringan industri musik internasional. Jadi, ada dua manajer, yaitu lokal dan internasional. ”Selama ini manajernya masih keluarganya,” katanya.
Agnes memilih Steve Muljoto, kakaknya, sebagai manajer, dan keluarganya terlibat dalam Agnes Monica Management. Ia cenderung workaholic dan perfeksionis dalam mengerjakan sesuatu, sampai betah berjam-jam berada di depan monitor komputer di dalam kamarnya. Untungnya, Jenny Siswono sering menengok kegiatan putrinya itu di kamar.
Jenny kerap mengingatkan Agnes agar tidak ekstrem dalam melakukan sesuatu, karena energi dan kemampuan fisik ada batasnya. Sang ibu bahkan pernah memaksanya keluar kamar untuk jalan-jalan dan refreshing.
”Aku bercandain Mami, aku kayak gini kan karena Mami juga. Ibu lain marah-marah nyuruh anaknya belajar, tapi Mami malah ngelarang,” katanya sambil tertawa. Tapi naluri seorang ibu memang sering benar. Terbukti, pekan lalu Agnes ambruk hingga harus menginap di rumah sakit.
Nieke Indrietta
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo