Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teroka

Pertunjukan Daring: Gamelan, Bondres Bali, dan Nasib Pertunjukan Seni Tradisi

Omah Wulangreh menggelar pertunjukan seni dan budaya Pusaka Kita. Menampilkan musik gamelan Tari Legong Semaradana.

20 Februari 2021 | 08.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Panggung masih kosong ketika alunan gamelan Bali mulai mengalun. Tak berapa lama, datanglah seorang perempuan datang sambil bernyanyi dan menari dengan gemulai. Diikuti sosok lainnya yang bergaya gagah di belakangnya, keduanya menggunakan topeng.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Di sela-sela itu, keduanya mengungkap berbagai banyolan, lawak, dan pesan-pesan tersirat khas Bondres Bali. Tradisi ini merupakan seni pertunjukkan lawak Bali yang lakonnya dibawakan oleh tokoh bertopeng. Dua orang itu pun sampai berbicang soal tren menari tradisi yang mulai dianggap kuno oleh pemuda masa kini.

"Belajar budaya luar tidak jelek, tapi kalau kita terus belajar budaya luar, kita malah akan menjadi budaya nomor dua. Sementara, kalau kita yang mengajari mereka tentang budaya kita, kitalah yang jadi nomor satu," ujar tokoh laki-laki dalam lakon tersebut.

Pertunjukan tak berakhir di penampilan Bondres. Setelah dua lakon Bondres turun panggung, dua penari perempuan langsung bersiap menggantikan posisi mereka di atas panggung. Mereka menarikan Tari Legong Semarandana.

Tari tradisional ini menceritakan kisah kuno tentang Nilarudraka, seorang iblis yang mencoba menghancurkan surga dan menyebabkan kesusahan besar. Dewa Siwa, sang pelindung adalah satu-satunya dewa yang dapat menghentikannya. Namun, Dewa Siwa tengah dalam pertapaan dan tidak ada yang berani mengganggunya. Dia akan membakar apa pun yang terlihat dengan mata ketiganya jika dia tiba-tiba terbangun.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca juga : Sultan Hamengku Buwono X Ketiban Sampur Saat Seni Karawitan Mendunia

Hanya Semara, yang juga dikenal sebagai Kama, sang dewa Cinta yang berani membangunkan Siwa. Meski begitu, Ratih, istrinya berusaha melarangnya sekuat tenaga. Ratih tahu, jika suaminya pergi, Siwa tak akan kembali. Benar saja, Siwa terbangun dan mengamuk membakar Semara menjadi abu. Setelah itu, dengan penuh penyesalan, Siwa menyebarkan abu Semara di empat penjuru dunia, untuk mengingatkan semua manusia akan cinta tanpa pamrih seperti cinta Semara.

 

Lakon Nilarudraka di Omah Wulangreh, Jakarta, Sabtu, 13 Februari 2021. Tempo/Inge Klara Safitri.

Dua pertunjukan tersebut merupakan pertunjukan persembahan Omah Wulangreh. Bertajuk Budaya Pusaka kIta: Bangga pada Budaya Nusantara, pertunjukan ini dapat disaksikan secara daeing di kamal YouTube Wulangreh TV sejak Sabtu, 13 Februari lalu. Pertunjukan ini merupakan sajian pertama Omah Wulangreh dengan format digital untuk mendorong pengembangan kearifan lokal. Format ini dipilih dalam rangka menyesuaikan kondisi pandemi Covid-19.

Pamong Omah Wulangreh, Reny Ajeng mengatakan bahwa tema ini berusaha menggamarkan situasi krisis seni tradisi saat ini. Menurut dia, sebagian besar anak muda tak lagi mengenal seni tradisi di Indonesia. Bahkan mereka lebih bangga dengan budaya luar meskipun Indonesia dikenal memiliki keragaman budaya dan tradisi yang adiluhung dan patut dibanggakan.

Lewat pertunjukan ini, Reny berharap penonton bisa lebih kenal dekat dan mencintai budaya nusantara sebagai kearifan lokal yang agung. "Meski dibalut dengan seni tradisi Bali, pertunjukan ini juga menceritakan keragaman seni tradiai Indonesia lainnya," kata dia.

Salah satunya tergambar dari pemilihan properti keris dalam Tari Legong Semarandana. Dalam adegan berkeris, penari Legong menggunakan keris koleksi galeri Omah Wulangreh. Keris itu memiliki Warangka Sandang Walikat Kayu Asem. "Filosofinya, asem, sengsem, menyenangkan hati, dengan harapan acara ini bisa menyenangkan hati banyak orang," kata Reny.

Omah Wulangreh sendiri merupakan salah satu rumah budaya di Jakarta yang sejak 2018 menjadi tempat alternatif mempelajari kekayaan tradisi budaya, sejarah, dan aktivitas spiritual Indonesia. Selain itu, melalui berbagai kelas dan workshop sejumlah tari tradisional dan bermusik gamelan, Omah Wulangreh juga berupaya ikut mempromosikan sekaligus melestarikan keanekaragaman budaya dan pertunjukan seni Indonesia. 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus