Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Berita Tempo Plus

Puisi Adri Sandra; Kopi Chin Yoen dan Peta Musim Hujan

Adri Sandra menulis puisi di berbagai media dan telah menerbitkan sejumlah buku. Ia juga melukis.

22 Februari 2025 | 12.00 WIB

Ilustrasi: Alvin Siregar
Perbesar
Ilustrasi: Alvin Siregar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Ringkasan Berita

  • Puisi Adri Sandra berjudul Kopi Chin Yoen dan Peta Musim Hujan.

  • Adri Sandra menulis puisi yang terbit di Indonesia dan Malaysia.

  • Ia menerima penghargaan dari Provinsi Sumatera Barat dan Badan Bahasa Jakarta.

KOPI menjadi salah satu tema yang banyak digarap oleh para penyair. Kali ini, sastrawan Adri Sandra pun menghadirkan kopi dalam puisinya yang berjudul Kopi Chin Yoen. Puisi lain karya penyair asal Sumatera Barat itu yang kami sajikan kali ini berjudul Peta Musim Hujan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Adri lahir di Padang Japang, Payakumbuh, Sumatera Barat. Ia menulis sejak 1981, berupa puisi, cerpen, dan karya ilmiah. Karyanya dimuat di berbagai media daerah dan pusat. Puisi-puisinya terangkum di bunga rampai yang terbit di Indonesia dan Malaysia. Beberapa puisinya tercatat sebagai pemenang Lomba Cipta Puisi Nasional yang diadakan di beberapa kota di Indonesia. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Ia telah menerbitkan sejumlah kumpulan puisi, seperti Luka Pisau (DKSB, 2007), Cermin Cembung (Sarjana Media, Kuala Lumpur, 2012), Darah Angin (Kabarita, 2016), dan Negeri Bawang Merah (Kabarita, 2022). Selain menulis, pemecah tiga rekor MURI dalam sastra Indonesia ini senang membaca puisi dan melukis.

Adri adalah penerima Anugerah Kebudayaan Sumatera Barat 2022 dan Penghargaan Badan Bahasa Kemendikbud (40 tahun berkarya) pada 2024. Berikut ini puisi-puisi Adri.

Adri Sandra

Kopi Chin Yoen

 

hari itu di kedai kopi Chin Yoen, aku mencium aroma harum kopi

seperti malam kembang melati, menyelimuti batang tebu

 

jari-jari mungil Chin Yoen, biasa memetik tali gitar

kini memegang sendok kecil, mengaduk kopi dengan gula dalam gelas

pahit dan manis menyatu di air panas

 

betapa harum asap kopi itu

sewangi hembusan napas Chin Yoen di paruh burung bertebar di udara jernih

 

“Chin Yoen, beri aku secangkir kopi, dengan bijinya tumbuh di sipit matamu!”

 

Chin Yoen menaruh di meja hadapanku 

aromanya menutup wangi stella di kain jendela kedainya

 

hari ini aku rindu kopi dan gula 

harum asapnya Chin Yoen hembuskan dari kedai minumnya di alam mimpiku jauh

 

“Chin Yoen, harum aroma asap kopimu kurindukan dari sini

seperti aku merindukan sipit mata dan putih kulitmu!”

 

harum kopi dan wangi napasmu

membuhul hidung dan lidahku, dibawa angin lalu

Chin Yoen

 

Bukittinggi, 2025)

Peta Musim Hujan
 

kita tak tahu daerah mana akan dituju, peta di hadapan mencair disiram hujan

 

lalu aku merengkuh garis-garis yang hancur pada telapak tangan

nasib dan takdir terbungkus harapan yang kandas di dua persimpangan

 

di musim itu kita menempuh jalan tanpa mantel dan payung

arah kita pedomani di sayap burung terbang

 

maka kita datang ketika segalanya menjauh

dan peta itu, dibawa air mengalir entah ke muara, entah ke pusaran sungai

 

mungkin di sini kita bisa melihat matahari sekejap saja

bila awan memberi ruang cahayanya ke bumi

 

di batas negeri itu, engkau dengarkah gemuruh hujan

ketika kita bertukar jantung dengan paru-paru

sambil mencari peta baru

 

Padang Panjang, 2024)

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus