Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Musisi, Rayen Pono mengatakan bahwa titik terendah dalam kariernya di dunia musik selama 20 tahun adalah hengkang dari Pasto. Sebelum bersolo karier seperti sekarang, Rayen Pono dikenal sebagai personel Pasto sejak 2002 hingga 2012.
"Titik terendah itu waktu aku cabut dari Pasto, 2012. Dari 2012 sampai 2014 awal itu lumayan jadi titik terendah. Ya berhubungan dengan ini ya, pasti dengan ekonomi, karena kan enggak ada manggung," kata Rayen Pono kepada Tempo, Kamis, 25 Mei 2023.
Selain dari segi pendapatan, rutinitas Rayen Pono pun berubah drastis setelah meninggalkan Pasto. Penyanyi 40 tahun ini mengakui sejak keluar dari Pasto, ia tidak lagi melakukan berbagai aktivitas yang berkaitan dengan musik. Konflik internal dengan pihak manajemen juga membuatnya cukup terpukul.
"Enggak ada kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan musik, jadi banyak drama-drama internal lah antara aku dengan manajemen Pasto yang bikin semua ini jadi stuck. Tapi semua ini aku lewatin dengan keyakinan bahwa ‘Ah tempat gua masih tetap di musik kok’ dan terbukti hari ini," katanya.
Kecintaan terhadap Musik Buat Rayen Pono Bangkit
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Setelah melalui 2 tahun yang kelam tersebut, Rayen Pono mulai bangkit kembali karena begitu besar cintanya terhadap musik. "Karena secinta itu sama musik. Kalau kamu cinta banget sama sesuatu, kamu akan melakukan segala sesuatu sampai kamu enggak merasa bahwa itu adalah pengorbanan. Sekali kita udah merasa berkorban, berarti cintanya udah mulai pudar," katanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Rayen Pono. TEMPO/M Taufan Rengganis
Raye Pono mengaku musik sudah menjadi bagian dalam hidupnya yang tidak bisa dipisahkan. "Aku mengartikan passion itu sesuatu yang kita rela melakukan itu walaupun kita susah-susah, walaupun kita kesulitan, kesusahan, tapi kita enggak pernah merasakan bahwa itu menjadi sebuah kesulitan yang bisa bikin kita nyerah. Itu passion. Makanya pop musik itu sudah jadi passion da awal dan sebenarnya, faithnya gini loh. Aku enggak pernah merasa memilih musik, tapi musik yang memilih musik," katanya.
Dalam menciptakan lagu, Rayen Pono bergantung pada suasana hati. Tidak ada waktu khusus untuknya menulis lirik hingga notasi. "Aku bikin lagu tuh enggak pernah direncanakan, jadi kalau benar-benar memang lagi mood, bikin lagu enggak lama. Paling lama 2 jam. Itu benar-benar dari basic, notasi sampe lirik. Sampe kadang-kadang bagan ya. Bagan itu maksudnya, itu lah yang mau nanti aku bikin musiknya sesuai bagan itu. Ya paling lama 3-4 jam lah kalau sama bagan," katanya.
Album Perdana Rayen Pono, Empat Puluh
Pada Januari lalu, Rayen Pono baru merilis album solo perdananya berjudul Empat Puluh, sesuai dengan usianya saat ini. Lagu-lagu dalam album tersebut begitu personal bagi Rayen Pono karena kisahnya berkaitan dengan orang-orang di sekitarnya, termasuk keluarga hingga perempuan-perempuan asal Indonesia Timur.
"Ada yang lagu aku bikin untuk keluarga aku, ada yang aku bikin buat papa aku, ada yang aku bikin buat terkait juga buat perempuan-perempuan Indonesia Timur. Terus juga kisah-kisah cinta sahabat, circle aku. Jadi semua lagu yang aku bikin pasti ada hubungannya sama aku," katanya.
Rayen Pono akan tampil di BNI Java Jazz Festival 2023. Ia akan menyanyikan beragam lagu secara medley, menyelipkan akapela dan mengajak beberapa penyanyi ternama untuk menemaninya di atas panggung.
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.