Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Buku

Rehal-bambang bujono

Bandung : pustaka, 1985.

18 Januari 1986 | 00.00 WIB

Rehal-bambang bujono
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
ARAFAH (Kumpulan cerita pendek) Oleh: Mohammad Fudoli Penerbit: Pustaka, Bandung, 1985, 166 halaman PEMUDA itu agaknya merasa ditantang. Kepala polisi itu dengan gayanya bercerita, betapa ia telah berhasil mencegah sekian pemuda gagal ujian yang hendak melakukan bunuh diri. Bahkan anaknya sendiri, cerita polisi itu, telah diselamatkannya. Malahan anak itu kini sudah lulus ujian, dan merencanakan menikah dengan gadis yang bila berbicara matanya berkedip-kedip dan lehernya bergoyang-goyang. Dan kemudian terjadilah itu. Saat polisi tersebut lengah, si pemuda meloncat ke atas pagar jembatan, menerjunkan diri ke sungai nun jauh di bawah. Gadis yang diceritakan oleh polisi itu adalah bekas pacarnya. Akhir cerita yang tak terduga seperti itu boleh dibilang menjadi ciri khas cerita pendek Mohammad Fudoli, 43, orang Madura yang kini jadi pegawai lokal pada Kedubes RI di Kairo. Setidaknya, dalam kumpulan cerita pendek Arafah, kejutan di akhir cerita itulah yang membuat buku ini menarik. Dibandingkan dengan cerita-cerita pendek yang lain, misalnya yang dimuat majalah sastra Horison, boleh dikata Fudoli ketinggalan zaman. Ia tampaknya tak tertarik bereksperimen dengan cerita pendek, untuk menulis dengan gaya aneh-aneh. Fudoli adalah tukang bertutur yang telaten, detail, tapi, seperti sudah dikatakan, bisa mengejutkan pada akhirnya. Maka, pilihannya pada cerita pendek memang cerita-cerita dari Fudoli relatif tidak panjang - tepat. Sebelum orang bosan dengan keasyikannya bercerita yang nyaris tanpa hiruk- pikuk dan tanda seru, tiba-tiba pembaca disuguhi dengan sesuatu yang tak terduga. Orang pesantren yang kini menyandang Doktor Pengkajian Islam ini tampaknya menyukai hal-hal kecil, tapi unik. Misalnya, seorang pemuda yang berniat memiliki sepeda dengan jalan membeli onderdilnya satu per satu, baru kemudian dirakitnya sendiri. Dan setelah sepeda itu berwujud, lenyap dibawa pencuri. Tapi, selalu, dalam cerita yang sepele-sepele itu membayang sesuatu yang hakiki. Yakni, nasib manusia yang tak terduga. Dalam hal ini, bau kesufian memang tercium dalam cerita Fudoli. Dalam hal itulah, antara lain, buku ini asyik dibaca: mengingatkan kepada kita dengan cara sastra - bahwa hidup bukan sebuah lorong lurus, yang dijalani dengan rumus matematika. Bambang Bujono

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus