Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Buku

Rehal-musthafa helmy

Pengarang : khalid muhammad khalid. jakarta: pustaka firdaus, 1985. (bk)

6 April 1985 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MUHAMMAD RASULULLAH, JUGA MANUSIA BIASA Oleh: Khalid Muhammad Khalid Penerbit: Pustaka Firdaus, Jakarta, 1985, 135 halaman ENTAH sudah berapa buku tentang Nabi Muhammad ditulis orang. Tak hanya dari pengikutnya, tapi juga dari kalangan orientalis - yang karyanya memiliki dimensi masing-masing. Kesan yang lain dari buku ini adalah kehendak Khalid menampilkan Muhammad sebagai manusia biasa, bukan sebagai nabi atau rasul yang menjadi panutan sekitar 1 milyar manusia. Khalid begitu terkagum dengan sosok pribadi itu, lebih-lebih setelah ia mengumpulkan hadis-hadis Muhammad, yang kemudian menjadi buku ini. Karya Khalid ini, yang semula bernama Insaniyyatu Muhammadin, memiliki daya pikat tersendiri, karena pilihan hadisnya yang mengandung nilai sejarah (tarikh). Kekaguman Khalid kepada Muhammad tercermin dalam buku ini, tapi ia tak luluh oleh perasaan seperti dilakukan Addiba'i Al-Bushiri, atau Al-Barzanji. Khalid, sastrawan dan cendekiawan Mesir, masih mampu mengendalikan diri, dan ia hanya mengajak pembaca meraba sendiri kenyataan pribadi Muhammad sebagai manusia biasa. Kemanusiaan Muhammad tidak hanya tampak melalui pribadinya saja, tapi juga tecermin melalui ajarannya. Misalnya, Muhammad tak ingin orang tersiksa karena ibadat yang dilakukannya. "Bukan suatu kebajikan kalau orang berpuasa dalam perjalanan. Gunakanlah kemurahan Allah yang telah memberikan kemurahan buat kalian, terimalah," sabda Muhammad. Muhammad juga meletakkan keadilan yang imbang, terutama dalam kaitan kemanusiaan (haqqul adami). Ia tak rikuh meminta orang yang merasa pernah disakiti untuk membalasnya. Begitu pula sikap demokratisna, yang kadang kala kelewat batas, membuat para sahabatnya geram kepada lawan bicara Muhammad. Banyak hadis yang merupakan tuntunan kemabusiaan dalam buku ini. Antara lain orang yang paling dicintai Allah, bukan mereka yang banyak melakukan ibadat dan wind, melainkan yang paling berguna untuk masyarakatnya. I'tikaf sebulan penuh di masjid tak lebih disukai Rasulullah daripada membiarkan seseorang yang sedang meronta melepas persoalannya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus