Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Seni

Berita Tempo Plus

Renungan Riantiarno dan Kepahitan Brecht

Norbertus Riantiarno tampaknya telah mencapai sebuah kematangan. Pada usianya yang hampir setengah abad itu, ia memenuhi janji kepada penonton setia Teater Koma. Ia merenung.

19 April 1999 | 00.00 WIB

Renungan Riantiarno dan Kepahitan Brecht
material-symbols:fullscreenPerbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Malam itu, sembari mengisap rokoknya dalam-dalam, Nano, demikian panggilan akrabnya, menatap panggung Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, tempatya berlatih. Di panggung, ada bangunan dari kayu yang menandai set panggung pertunjukan Opera Ikan Asin telah berdiri: kayu-kayu yang membentuk dua rumah kumuh bertingkat dua dan sebuah penjara. Sesekali, Nano memberi instruksi kepada asistennya, Rita Matumona, untuk memperbaiki tata cahaya. Di atas panggung, ada awak Teater Koma yang selama 22 tahun menjadi organ kehidupan kelompok itu: Ratna Riantiarno, Salim Bungsu, dan Idris Pulungan berseliweran mementaskan saduran dari karya Brecht itu, untuk kedua kalinya.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus