TOKOH yang paling dikagumi di Darwin adalah seorang pemburu liar. "Roy Wright namanya," kenang seorang penduduk, "Dan ia biasa pergi minum bir sambil memanggul bedil." Yang paling hebat dari cerita ini ialah bahwa warga di Northern Teritory, wilayah utara Australia, tak terlalu perduli dengan tingkah Roy. "Semua orang punya senjata saat itu," mereka menjelaskan. Jumlah penduduk di wilayah utara sekitar 160 ribu jiwa, tak sampai satu persen dari seluruh penduduk Australia. Tapi, senjata yang dipegang warganya hampir 50 ribu batang. Itu yang resmi tercatat. Karena, seperti Roy, pemiliknya kebanyakan petualang dan pelarian dari "peradaban". Kebebasan memang tak berkehabisan di wilayah terbesar ketiga di Australia ini (1,4 juta km persegi). Juga berbagai target untuk melatih kebebasan itu: mulai dari kuda liar sampai kelinci. Atas nama kebebasan dari penyakit brucellosis dan tuberculosis, misalnya, empat ratus kerbau liar dibantai dalam satu hari oleh penembak profesional dari helikopter. Atas nama kebebasan pula, sebagian penduduknya selalu membayangkan perang. Peter, misalnya, takut Northern Teritory dijajah. "Indonesia ingin menjadikan daerah ini Irian Jaya kedua," katanya. Ia juga takut pada suku Aborijin, yang menuntut dikembalikannya tanah nenek-moyang mereka. Maka, orang macam Peter berlatih menembakkan bedil kaliber 308-nya -- yang mampu mencapai 1.500 meter -- siang malam. Tapi, tak banyak yang peduli. Di Northern Teritory, kebahagiaan adalah bir dingin dan bedil yang mengepul.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini