ACARA puncak itu diberi nama Festival Mobil Gila, dan sudah lama dinanti-nanti. Karena diberi predikat "gila", di situ pasti tidak akan ditemukan mobil ajaib sejenis Kit -- dalam serial Knight Rider -- yang sampai kini digemari penonton RCTI. Tapi, kalau sekadar mobil aneh, penyelenggara festival boleh berbangga. Memang, yang akan diperlombakan dalam Pesta Otomotif 92 di Surabaya, 25 Januari sampai 2 Februari 1992, adalah mobil-mobil unik, nyentrik, dan orisinal. Sampai akhir pekan silam, sudah 30 orang mendaftarkan ikut festival yang ongkosnya sekitar Rp 75 juta itu. Di antaranya ada Caravan J-20 buatan AS, yang pernah dipakai oleh pengawal Ronald Reagan, ketika bekas Presiden AS itu berkunjung ke Bali tahun 1986. Lalu, sebuah Ghost, mobil dua muka (setir ganda) yang dibuat dari Suzuki Carry Extra oleh perusahana karoseri Adiputro. "Ini memang festival langka," kata Ketua Panitia Pesta Otomotif 92, Erwin Sukmawan. Sehari-hari Erwin memimpin Surya Nusa Paramuda Enterprise (SNPE). Untuk menyukseskan acara itu, SNPE bekerja sama dengan harian Jawa Pos, Plaza Surabaya, dan Kelpie Enterprise, Bandung. Mobil langka yang dimaksud Erwin, tentu kendaraan yang desain atau teknologinya, menunjukkan keistimewaan. Dari segi desain misalnya, ada Daihatsu Venus, hasil rekayasa perusahaan karoseri New Armada Magelang. Dimodifikasi dari Daihatsu Zebra, si Venus ini bentuknya bulat telur dengan body yang 60% terbuat dari kaca. Kalau bicara kelebihan teknologi, ada Puch Styer Haflenger milik Agus Syarif yang lincah di padang pasir, medan lumpur atau tebing terjal. Saingannya adalah Scrambler milik Budi Santosa yang tidak saja berjaya di tanah lumpur dan terjal, tapi juga lincah di rawarawa. Rodanya berjumlah 6 buah. Di antara peserta ada pula mobil amfibi, yang bisa dikendarai sambil mengapung di permukaan air. Mereknya DWM (Deutsche Wagon Machine) buatan 1967. Mobil ini memiliki dua baling-baling di bagian bawah belakang badannya. Purnomo, juragan pabrik permen PT Speed and Fresh, membeli mobil ini setahun lalu dari seorang temannya di Kediri seharga Rp 47,5 juta. "Untuk mengikuti festival ini, saya mengeluarkan dana tambahan Rp 1 juta, buat biaya mengecat kembali," tutur Purnomo. Amfibi berwarna merah itu sanggup lari di darat dengan kecepatan 80 km/jam, sedangkan di air 40 km/jam. Ketika pertama kali Purnomo melihatnya, ia tidak percaya kendaraan roda empat itu bisa berenang. Tapi setelah diajak berputar-putar di perairan Kenjeran, Purnomo malah senang dan mau membeli si amfibi. Dia pun bercerita bagaimana reaksi orang ketika mobil itu dibawa memancing di Kenjeran. Penduduk sekampung pada keluar dan heran bukan alangkepalang. "Lo, ada mobil kecebur di laut," pekik mereka. Purnomo jadi semakin sayang saja pada amfibinya. "Apalagi setelah saya perbaiki catnya," ia bicara dalam nada puas. "Biar ada orang yang mau menukarnya dengan Mercy Boxer, masih saya pikir-pikir dulu." Mobil aneh memang mirip binatang kesayangan. Tapi rasa sayang ini pun tidak mencegah sang pemilik untuk mengutak-atiknya, seperti yang dilakukan Manajer Kharisma Body Repair (Surabaya), Bambang Tanuseputra. "Saya ingin melihat penilaian orang terhadap rancangan interior mobil saya," katanya. Untuk meramaikan peragaan mobil gila, Bambang mengeluarkan tiga koleksinya, yaitu Jeep Cherroke 1980 yang rodanya diperbesar, Jeep Canvas Toyota Big Foot (rodanya berdiameter 35 inci), dan VW Combi yang interiornya sudah diisi minibar, peralatan video (plus TV 14 inci), tape deck, dan sofa yang bisa dipakai tidur. Agar lebih nyaman, Bambang mengerjakannya sendiri selama delapan bulan. Ia pun tak segan mengeluarkan dana Rp 5 juta. "Ilhamnya saya peroleh dari majalah mobil Van Amerika," tuturnya. Untuk upaya modifikasi, Rp 5 juta itu diakui oleh Bambang tidak terlalu mahal. Diakuinya, sesekali ia mengandalkan suku cadang yang ada di pasar loak. Tapi, "Bagi saya yang penting kreasinya, bukan mahalnya," Bambang menambahkan. Harga proses modifikasi yang hasilnya benar-benar memuaskan bisa puluhan juta, misalnya yang dikeluarkan oleh Alex Pri Bangun. Lelaki 39 tahun ini, yang sehari-hari menjadi direktur pemasaran PT Terang Kita (Tranka Kabel), telah merelakan Rp 75 juta -- sama dengan harga sedan Toyota -- untuk modifikasi sebuah Chevrolet Blazer 1976 menjadi Big Boss (nomor polisi B 1660 SS). Badan si Big Boss telah dinaikkan dua inci dari sasis dan suspensinya juga ditinggikan. Ukuran bannya saja 40 inci, sehingga penumpang harus sedikit mengerahkan energi untuk melompat di saat menaiki atau menuruninya. Ketinggian bodi mobil bertambah 70 cm dibanding dengan tinggi sebelumnya (kini tingginya 2,5 meter). Agar mobil tetap nyaman, Alex memilih sistem suspensi yang canggih. "Kakikakinya saya cari ke Amerika," katanya. Itu semua baru tampak luarnya saja. Di bagian dalam, Big Boss lebih mempesona. Jok untuk pengemudi saja dipilihkan jok merek Recaro yang harganya Rp 11 juta (sepasang). Keistimewaannya, selain dilapisi kulit asli, jok itu memiliki memori yang bisa merekam posisi duduk paling pas bagi pengemudi. Jika pemegang setir digantikan oleh orang lain yang posisinya berbeda, Alex tinggal menekan tombol untuk kembali ke posisi yang pas. Kecuali itu, ada pemanasnya (heater) juga. Jadi, kalau bepergian ke hutan dan kedinginan di malam hari, sang pengemudi tetap merasa hangat. Selain itu, ada seperangkat sistem suara merek Nakamichi, yang harganya tak kurang dari Rp 8 juta. Mesinnya? Yang semula mesin Chevrolet empat silinder, lalu diganti mesin delapan silinder RHS -- diperoleh Alex dari sebuah CJ 8 milik seorang bule. Kabarnya, jenis mesin ini tak ada di Indonesia. Belum lagi perlengkapan untuk menempuh offroad, berupa mesin penarik dengan tali baja, yang sangat berguna saat mobil terperosok ke lumpur. Plus lampu 210 watt merek Dick Cepek, yang tersohor untuk kegiatan offroad. Pokoknya, total ongkos modifikasi dan segala aksesori Rp 75 juta. Yang penting, "Kita bisa tetap senang, meskipun di tengah hutan," kata Alex. Ia pun membangun mobil-mobil offroad lainnya, karena itulah memang hobinya. Bicara perkara biaya, ada contoh lain lagi. Doddi Supriadi R., 42 tahun, merekayasa mobil Ford Transit 1977 hingga menjadi karavan. Sehari-hari bekerja sebagai manajer pemasaran PT Bermis Bina Griya, Doddi merekayasa mobil itu bersama adiknya, Dadang Ruskonowo, 35 tahun, dan menghabiskan dana Rp 125 juta. Mereka puas. Modifikasi dimulai dengan membeli sebuah Ford Transit seharga Rp 850 ribu. Mobil yang mirip barang rongsokan itu diubah menjadi karavan komplet. Mesinnya diganti dengan mesin CJ 8 berkapasitas 4.200 cc. Di dalam mobil kini ada facsimile, compact disc player, telepon, lemari es, TV Sony 14 inci, dan sistem audio canggih. ACnya pun dipasang dengan sistem sentral. Pembangkit listriknya juga khas. Untuk itu, Doddi memanfaatkan mesin Daihatsu Zebra 1.000 cc dan sebuah aki 200 ampere -- perangkat ini dipasang tersendiri di bagian belakang mobil. Dengan demikian ketika diparkir, AC dan listrik dalam ruangan tetap berfungsi. "Idenya memang mau lain dari yang lain," ujar Doddi. "Yang saya inginkan kendaraan yang nyaman dinikmati bersama keluarga. Dan saya ingin bisa berdiri di dalamnya, bisa bekerja, sementara anak-anak bisa bermain." Ukuran mobilnya memang memadai, lebih besar sedikit dari minibus biasa. Hanya saja, Doddi dan Alex tidak berminat ikut festival mobil gila di Surabaya pekan depan. Padahal, mobil mereka juga tergolong gila, apalagi harga kenyamanannya sampai Rp 125 juta. Mohamad Cholid, Indrawan, dan Kelik M. Nugroho
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini