Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Seni

Sejarah di Balik Hari Puisi Sedunia

Hari Puisi Sedunia atau biasa disebut dengan World Poetry Day adalah sebuah perayaan yang diperingati setiap tanggal 21 Mater.

21 Maret 2022 | 21.46 WIB

Emha Ainun Nadjib membaca puisi dalam gladi resik pentas teater berjudul "Nabi Darurat Rasul Ad-Hoc" di Gedung Kesenian Jakarta, Pasar Baru, Jakarta, Kamis (8/3) malam. Nabi Darurat Rasul Ad-Hoc merupakan refleksi terbaru Emha Ainun Nadjib terhadap carut marut keadaan manusia di bumi dan akan dipentaskan 9 Maret 2012. TEMPO/Agung Pambudhy
Perbesar
Emha Ainun Nadjib membaca puisi dalam gladi resik pentas teater berjudul "Nabi Darurat Rasul Ad-Hoc" di Gedung Kesenian Jakarta, Pasar Baru, Jakarta, Kamis (8/3) malam. Nabi Darurat Rasul Ad-Hoc merupakan refleksi terbaru Emha Ainun Nadjib terhadap carut marut keadaan manusia di bumi dan akan dipentaskan 9 Maret 2012. TEMPO/Agung Pambudhy

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta -Hari Puisi Sedunia atau biasa disebut dengan World Poetry Day adalah sebuah perayaan yang diperingati setiap tanggal 21 Mater. Namun, sudah tahukah Anda cerita di balik Hari Puisi Sedunia?

Hari Puisi Dunia yang diperingati pada 21 Maret adalah hasil resolusi UNESCO pada 1999. Dari laman milik UNESCO disebutkan bahwa tujuan dari diadakannya Hari Puisi Dunia adalah untuk mempromosikan pembacaan, penulisan, penerbitan, dan pengajaran puisi di seluruh dunia.

Selain itu, Hari Puisi Dunia dimaksudkan untuk memberikan pengakuan dan dorongan bagi gerakan puisi nasional, regional, dan internasional.

Di samping itu, untuk merayakan Hari Puisi Dunia biasanya akan diselenggarakan sejumlah festival puisi, seperti Festival Puisi Cork, Festival Puisi Bogota, dan sebagainya.

Sejatinya, Hari Puisi banyak dirayakan pada bulan Oktober dan di akhir abad ke-20 banyak yang merayakannya pada 15 Oktober atau bertepatan dengan hari lahir Virgil, seprang penyair asal Romawi. Namun, tradisi merayakan puisi di bulan Oktober masih diterapkan di banyak negara.

Perbedaan perayaan Hari Puisi ini tidak mereduksi esensi dari peryaan Hari Puisi, seperti yang disebutkan dalam laman UNESCO bahwa puisi adalah ekspresi yang murni dari kebebasan linguistik.

EIBEN HEIZIER
Baca: Sapardi Djoko Damono Pernah Tidak Puas dengan Karyanya, Sajak Apa


 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus