Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teroka

Seniman dan Guru di Bandung ini Gelar Pameran Tunggal Gambar Berjudul Dunia

Dede Wahyudin, memajang 67 gambar ukuran kecil dan empat berukuran besar yang dominan berwarna hitam putih dalam pameran tunggal itu.

20 Januari 2023 | 16.32 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Bandung - Seniman yang juga guru seni dan budaya sebuah sekolah menengah atas swasta di Bandung, Dede Wahyudin, menggelar pameran tunggal karya-karya gambarnya. Bertempat di Galeri Orbital Dago, pameran berjudul Dunia itu berlangsung sejak 18 Januari hingga 19 Februari 2023.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Adik perupa Tisna Sanjaya itu memajang 67 gambar ukuran kecil dan empat berukuran besar yang dominan berwarna hitam putih. Sebanyak tujuh karya di antaranya digambar dengan sapuan warna terang.

Realitas Kehidupan Manusia Ala Seniman Bandung

Gambar seniman kelahiran Bandung pada 8 Mei 1975 itu bertema tentang realitas kehidupan manusia. Namun lebih dari sekedar menggambarkan, Dede ikut menanggapi kenyataan atau peristiwa yang terjadi lewat guratan bercorak realis, kadang surealis, dan horor. “Dede selalu memberi perhatian kepada golongan yang lemah dan tersingkir,” kata kurator Rifky Effendy, Rabu 18 Januari 2023.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dunia bagi sang seniman, berisi entitas unik dan aneh dengan banyak aneka rupa. Namun begitu mereka bisa intim dan hangat, seperti di kalangan petani, buruh, sopir angkot, termasuk di lingkungan orang dengan gangguan jiwa.

Sejak akhir 1990-an, Dede Wahyudin memulai karya-karya gambarnya tentang dunia yang aneh dengan tema-tema kritikal terhadap berbagai persoalan sosial di sekitarnya. Menurut Rifky, Dede membangun suatu gambaran dunia dengan simbol-simbol rumit. “Ketidakadilan, kemiskinan, kekelaman, kegilaan, dan kesusahan, menjadi dorongan kuat untuk membicarakan persoalan suatu sisi kehidupan,” ujarnya.

Arti Kesenian Menurut Dede Wahyudin

Dede menunjukan bahwa kesenian tidak harus selalu soal rasa keindahan, melainkan sanggup berkomunikasi dengan audiens. “Karya-karyanya menghadirkan suatu kebenaran diatas keindahan yang menjadi salah satu jargon utama realisme S. Soedjojono,” kata Rifky.

Lulusan S1 Seni Rupa Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung itu terus berkarya di sela pekerjaan hariannya sebagai guru. Sejak 1999, Dede tercatat telah menghelat pameran tunggal sebanyak empat kali di Bandung dan Jakarta.

Sementara kepesertaannya dalam pameran bersama seniman lain dirintis sejak 1995. Dede pernah masuk sebagai finalis sebuah penghargaan di Galeri Nasional Jakarta pada 1999. Perkembangan karyanya antara lain membagi bidang gambar yang cenderung realis seperti pada komik.

ANWAR SISWADI

Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus