Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Tari Pakarena di Uang Kertas Baru Rp 10.000, Hubungan Manusia dan Penghuni Langit

Tari Pakarena adalah salah satu kebudayaan lokal yang muncul di pecahan uang kertas baru Rp 10.000. Begini kisah tarian tradisional ini.

24 Agustus 2022 | 12.12 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Jelajahi Tari Hingga Pakarena

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Tari Pakarena menjadi salah satu tari tradisional yang muncul gambarnya dalam pecahan uang kertas baru yang diterbitkan oleh Bank Indonesia belakangan ini. Tari Pakarena hadir tepatnya di bagian belakang dari uang kertas baru Rp10 ribu. Kemunculannya pun memberikan perhatian dan menarik untuk dibahas lebih lanjut mengenai tarian tradisional yang satu ini.

Melansir petabudaya.belajar.kemdikbud.go.id, tari Pakarena merupakan salah satu tarian tradisional dari Sulawesi Selatan yang cukup populer. Hal inilah yang membuat Tari Pakarena menjadi salah satu ikon kebudayaan dari provinsi beribukota Makassar itu. Ditilik dari sejaranya, Tari Pakarena telah eksis sejak masa Kerajaan Gantarang. Pada awalnya, tarian ini digunakan sebagai bentuk pemujaan terhadap para dewa.

Uang baru 2022 pecahan Rp10.000. Foto: Bank Indonesia

Seiring waktu, tari Pakarena mulai bergeser esensinya sebagai media hiburan di beberapa acara. Dalam pementasannya, Tari Pakarena dilakukan oleh empat orang penari dengan iringan alat musik yang berasal dari gandrang dan puik-puik. Gandrang merupakan sebuah alat musik yang terbuat dari kepala drum sementara puik-puik merupakan alat musik tiup mirip dengan seruling.

Meskipun demikian, tari Pakarena memiliki beberapa kisah legenda yang cukup terkenal. Dikutip disbudpar.sulselprov.go.id, salah satunya adalah Tari Pakarena merupakan gambaran dari kisah seorang manusia dengan penghuni langit. Dikisahkan bahwa penghuni langit yang digambarkan berupa dewa atau bidadari memberikan pelajaran kepada manusia mengenai cara bertahan hidup di muka bumi.

Cara-cara tersebut mulai dari mencari makanan di hutan, berburu, hingga bercocok tanam di tanah.  Kisah legenda itu diyakini oleh sebagian besar masyarakat Gowa. Gerakan-gerakan yang ditampilkan oleh penari dipercaya sebagai wujud terimakasih dari manusia kepada para penghuni langit.

NAOMY A. NUGRAHENI 

Baca: Kreator Tari Pakarena Tutup Usia

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus