Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

Tiga Film dengan Latar Belakang 1960an Sebelum dan Seputar G30S yang Wajib Ditonton

Beberapa karya literatur dan seni, termasuk film, yang telah mengambil inspirasi dari periode penting sekitar peristiwa kudeta gagal G30S.

4 Oktober 2023 | 20.04 WIB

Novel The Year of Living Dangerously karya Christopher Koch (1978). WIkipedia
Perbesar
Novel The Year of Living Dangerously karya Christopher Koch (1978). WIkipedia

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Bulan-bulan seputar peristiwa G30S di tahun 1965 merupakan salah satu periode yang sangat penting dalam sejarah Indonesia. Selain materi pelajaran sejarah resmi, ada beberapa film yang mengangkat sudut pandang yang berbeda dan menarik tentang periode ini. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Konflik dan ketegangan politik saat itu menciptakan latar belakang dramatis bagi beberapa film yang mengangkat kisah-kisah berbeda yang terjadi pada masa tersebut. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Berikut tiga film yang mengangkat berbagai sudut pandang dari periode bersejarah ini.

  1. Gie (2005): Kisah Perjuangan Soe Hok Gie

Dalam film "Gie" yang dirilis pada tahun 2005, kita diperkenalkan kepada tokoh Soe Hok Gie, seorang pemuda keturunan Cina yang terlibat dalam pergerakan sosial dan politik pada tahun 1960-an. Kisah hidup Gie yang diangkat dalam film ini memberikan perspektif unik tentang masa-masa kritis dalam sejarah Indonesia yang belum tentu dijelaskan dalam buku-buku sejarah resmi.

Film ini diadaptasi dari naskah skenario dan buku Gie, Naskah Skenario, yang menjelaskan betapa berani dan lurusnya Soe Hok Gie dalam menyuarakan kritiknya terhadap keadaan politik saat itu. Gie bukan hanya mencoba menciptakan gambaran visual tentang suasana hati di era tersebut, tetapi juga memberikan panduan yang kuat untuk para aktor dalam memerankan karakter-karakter penting dalam cerita ini.

Dilansir dari Majalah Tempo Edisi 32/33 Tahun 2004, film Gie bukan hanya sebuah penggambaran sejarah, tetapi juga sebuah kisah tentang semangat perjuangan pemuda dalam mencari kebenaran dan keadilan pada masa yang penuh ketidakpastian.

  1. The Year of Living Dangerously (1982): Kisah Cinta dan Politik di Tengah Kekacauan

Film berikutnya adalah The Year of Living Dangerously yang dirilis pada tahun 1982. Film ini berlatar tahun 1965, pada masa pemerintahan Soekarno yang penuh dengan ketegangan dan konflik politik.

Film ini mengisahkan tentang Guy Hamilton, seorang jurnalis Barat; Billy Kwan, kameramen keturunan Tionghoa-Australia; dan Jill Bryant, seorang wanita Inggris yang keduanya dicintai oleh Guy dan Billy.

Dilansir dari goodreads.com, konflik politik yang melanda Indonesia saat itu menjadi latar belakang dramatis dari kisah cinta dan persahabatan yang kompleks dalam film ini. Billy Kwan, yang semula mengagumi Soekarno sebagai pahlawan, merasa kecewa dengan pemerintahan yang semakin otoriter. Ini mendorongnya pada tindakan putus asa, dan drama yang penuh dengan loyalitas dan pengkhianatan pun terungkap dalam pusaran politik.

Film ini memberikan gambaran yang mendalam tentang bagaimana cinta, hubungan, dan hasrat tetap hidup dalam situasi politik yang penuh ketegangan. Film ini juga memberikan nuansa berbeda tentang peristiwa G30S yang mungkin tidak ditemui dalam sumber-sumber sejarah konvensional.

  1. Sang Penari (2011): Kisah Cinta di Dukuh Paruk

Film Sang Penari yang dirilis pada tahun 2011, mengisahkan tentang kisah cinta yang berlatar belakang sebuah desa miskin di Indonesia pada pertengahan 1960-an, Dukuh Paruk. Dilansir dari indonesianfilmcenter.com, cerita film ini merupakan adaptasi dari Ronggeng Dukuh Paruk, novel karya Ahmad Tohari.

Cerita dalam film ini berfokus pada hubungan antara Srintil dan Rasus. Srintil terpilih sebagai ronggeng desa, dan kemampuan menarinya yang dianggap magis mengubahnya menjadi figur sentral dalam kehidupan masyarakat Dukuh Paruk. 

Namun, Rasus, seorang tentara muda, merasa cintanya terancam oleh peran Srintil sebagai ronggeng yang harus bersedia menjadi milik seluruh desa. Konflik internal Rasus yang dipengaruhi oleh ketegangan politik saat itu menjadi inti dari cerita ini.

Sang Penari adalah sebuah kisah tentang dilema, kehilangan, dan pencarian cinta yang terjadi dalam konteks politik yang berat pada era 1960-an. Film ini menghadirkan latar belakang yang sangat berbeda dari dua film sebelumnya, tetapi tetap menyoroti peristiwa sejarah yang penting.

MAJALAH TEMPO | INDONESIAN FILM CENTER | PERPUSTAKAAN KOMNAS PEREMPUAN
Pilihan editor: Kesaksian Tim Evakuasi 7 Jenazah Pahlawan Revolusi Korban G30S, Prajurit Sampai Pingsan

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus