Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seni

Makna Konser di Festival Glastonbury bagi Voice of Baceprot

Voice of Baceprot akan tampil dalam pembukaan Glastonbury Festival, Jumat, 28 Juni 2024. Berawal dari madrasah di pelosok Garut.

26 Juni 2024 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Band Voice of Baceprot di pagelaran musik Soundsfest Experience di Jakarta, 22 Juni 2024. REUTERS/Ajeng Dinar Ulfiana

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Voice of Baceprot akan tampil dalam pembukaan Glastonbury Festival di Inggris pada Jumat, 28 Juni 2024.

  • Perjalanan trio metal berjilbab itu dimulai dari madrasah di Kecamatan Banjarwangi, Garut, Jawa Barat, sepuluh tahun lalu.

  • Pernah menggelar tur di sembilan kota di Amerika Serikat, Voice of Baceprot mengimpikan tur keliling Indonesia.

"Indonesian Muslim metalheads with headscarves and heavy, heavy guitars dropping into some exotic melodies."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DEMIKIAN situs web Glastonbury Festival menggambarkan Voice of Baceprot. Glastonbury merupakan salah satu festival musik terbesar dunia, setara dengan Coachella dan Lollapalooza di Amerika Serikat serta Rock in Rio di Brasil. Festival selama lima hari ini berlangsung hampir setiap tahun di Pilton, Somerset, di bagian selatan Inggris, dengan taksiran 200-300 ribu penonton. Digelar sejak 1970, Glastonbury menghadirkan musikus legendaris, seperti Elton John, Metallica, dan Paul McCartney.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Voice of Baceprot dijadwalkan tampil pada hari pembuka, Jumat, 28 Juni 2024. Trio asal Garut, Jawa Barat, itu kebagian tampil 30-45 menit pada sesi siang di Woodsies, salah satu panggung utama Glastonbury, sebelum Remi Wolf, Arlo Parks, dan Declan McKenna. Di panggung lain, ada Dua Lipa, Coldplay, hingga Seventeen.

Undangan manggung di Glastonbury Festival diterima Voice of Baceprot via e-mail pada 26 Maret lalu. Band metal yang terdiri atas Firda Marsya Kurnia (vokal dan gitar), Widi Rahmawati (bas), serta Euis Siti Aisyah (drum) itu kenyang mengikuti festival. Pada 2022, misalnya, mereka tampil dalam festival metal terbesar dunia, yaitu Wacken Open Air di Jerman. Mereka juga manggung dalam Valkhof Festival di Belanda, Pasiwali di Taiwan, Colors of Ostrava di Republik Cek, dan lainnya.

Namun panggilan ke Inggris ini punya makna lebih dalam. "Undangan dari Glastonbury cukup membuat kami bisa menata arah," kata Marsya dalam konferensi pers online yang digelar Kementerian Luar Negeri pada Jumat, 21 Juni lalu.

Sebelumnya, Marsya cs mengaku kesulitan menentukan langkah setelah kembali menjadi band independen. Mereka meninggalkan label pada Oktober 2023 karena ingin mandiri dan tinggal di Garut ketimbang Jakarta.

Personil band Voice of Baceprot (dari kiri) Euis Siti Aisah, Widi Rahmawati dan Firdda Marsya Kurnia sebelum tampil di pagelaran musik Soundsfest Experience di Jakarta, 22 Juni 2024. REUTERS/Ajeng Dinar Ulfiana

PERJALANAN Voice of Baceprot berawal dari Madrasah Tsanawiyah Al-Baqiyatussolihat di pelosok Kecamatan Banjarwangi, Garut—empat-lima jam perjalanan dari Bandung. Seperti ditulis majalah Tempo edisi 28 Agustus 2021, Marsya, Widi, dan Siti pernah bikin gaduh sehingga harus berurusan dengan guru bimbingan konseling, Cep Ersa Eka Susila Satia. Guru yang dipanggil Abah Ersa itu mengajak anak-anak didiknya bermain teater untuk lebih mengenali diri tanpa merasa dinasihati.

Hanya, tidak semua siswa bisa bermain peran. Sebanyak 15 anak yang berakting buruk dipisahkan oleh Abah Ersa untuk menjadi pemain musik dalam pementasan drama musikal, termasuk Marsya, Widi, dan Siti. Seleksi alam, termasuk bertahan dari omelan orang tua dan gunjingan tetangga, melahirkan Voice of Baceprot pada 2014. Nama itu usulan Ersa yang berarti "berisik" atau "bawel", pas dengan pembawaan trio tersebut.

Ersa membebaskan tiga anak didiknya itu menentukan genre. Marsya menyukai hip-hop, sementara Widi doyan funk. Hanya Siti yang sejak awal merupakan metalhead—sebutan bagi penggemar musik metal. Genre metal mereka pilih karena bisa diterima ketiganya. Marsya cs pun belajar bermusik dengan mendengarkan lagu-lagu Slipknot, System of a Down, Rage Against the Machine, dan lain-lain dari YouTube.

Mereka juga belajar dari Ersa untuk menulis lirik dengan kritis. Bacaan Marsya, sang vokalis, termasuk karya-karya Pramoedya Ananta Toer hingga Nawal El Saadawi. Tak mengherankan lagu Voice of Baceprot sarat nilai keadilan sosial. Tiga perempuan kelahiran 2000 itu menyinggung isu kerusakan lingkungan hingga kritik terhadap patriarki.

Dalam The Enemy of Earth is You, misalnya, mereka membawakan lirik yang mengecam pencemaran lingkungan hingga ujaran kebencian. Lagu itulah yang pertama kali menarik perhatian pencinta musik pada 2017 via Internet. Saat itu ketiganya masih duduk di bangku sekolah kejuruan. Pada tahun berikutnya, Voice of Baceprot membawakan The Enemy of Earth is You bersama Erwin Gutawa Orchestra di Jakarta. Lagu-lagu mereka sampai menjadi sorotan media internasional, seperti New York Times dan Forbes, yang menyatakan mereka "mengirim pesan girl power" serta "mematahkan stereotipe".

Voice of Baceprot pun menjadi pembicaraan di kalangan musikus dunia. Saat Guns N' Roses tampil di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta, pada November 2018, gitaris Slash mengundang ketiganya untuk menemuinya di belakang panggung. Mereka juga menerima dukungan lewat media sosial dari Tom Morello, gitaris Rage Against the Machine; Flea dari Red Hot Chili Peppers; serta Vernon Reid, personel Living Color. Pada 2021, majalah Metal Hammer menjuluki mereka sebagai "band metal yang dibutuhkan dunia saat ini".

Marsya mengatakan penonton selalu menyambut mereka dengan baik dan antusias. Tak ada perbedaan antara sambutan untuk penampil laki-laki dan perempuan. Kalaupun ada, tanggapan itu datang dari media asing yang sering kali lebih berfokus pada pertanyaan-pertanyaan soal Islam dan hijab ketimbang musik mereka. Wawancara seperti itu mereka gunakan sebagai kesempatan meluruskan pandangan yang menyebutkan bahwa Islam mengharamkan musik. "Kami bilang, di Indonesia, kami bisa bermain musik dengan merdeka. Kami juga bisa membuat lagu dengan berbagai topik," ucap Marsya.

Aksi panggung band Voice of Baceprot di pagelaran musik Soundsfest Experience di Jakarta, 22 Juni 2024. REUTERS/Ajeng Dinar Ulfiana

DALAM Glastonbury Festival, Voice of Baceprot akan membawa sebanyak mungkin budaya Indonesia. Misalnya dengan menyisipkan petuah berbahasa Sunda dalam lagu serta mengenakan pakaian dengan unsur tradisional karya Dian Oerip, desainer asal Ngawi, Jawa Timur. Dalam penampilan tak sampai satu jam, mereka akan membawakan lagu favorit God Allow Me (Please) to Play Music, tembang baru Mighty Island, dan lagu pembuka andalan (Not) Public Property.

Tiga dara itu punya misi lain dalam Glastonbury, yaitu bertemu idola masing-masing. Karena akan tampil di satu panggung, Marsya berharap dapat berjumpa dengan Kim Gordon. Sementara itu, Widi berangan-angan menyapa Dua Lipa dan Avril Lavigne. Adapun Siti, yang kehabisan tiket konser Coldplay di Jakarta pada November 2023, mengimpikan bersua dengan Chris Martin cs.

Terlepas dari impian berjumpa dengan idola, Voice of Baceprot akan kembali membangun cita-cita mereka sepulang dari Inggris. Di Banjarwangi, tiga jam perjalanan dari Kota Garut, mereka akan membangun ekosistem musik bersama penggemarnya, Balaceprot. "Mereka terlibat bersama kami sejak awal berdiri," ujar Marsya. Trio itu juga akan menggodok festival sendiri sebagai penyaluran hasrat bermusik anak-anak muda di sana.

Mimpi lain yang belum terwujud adalah menggelar tur keliling Indonesia. Mereka telah melanglang buana, dari Malaysia, Thailand, Belanda, hingga tur di sembilan kota di Amerika Serikat, tapi tidak pernah tampil berkeliling Indonesia.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Nabiila Azzahra

Nabiila Azzahra

Reporter Tempo sejak 2023.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus