Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kapal layar besar terayun-ayun dihempas ombak ganas. Di dinding lambungnya tertulis nama sang kapal, SS Venture. Tepat di bawahnya tertera nama sebuah kota, Surabaya. King Kong memang bercerita tentang perjalanan memburu lokasi eksotis untuk pengambilan gambar karya sineas Carl Denham. Dan Indonesia adalah kawasan itu.
Mereka bergerak ke satu tujuan: Pulau Tengkorak. Sebuah pulau primitif, dikelilingi oleh tembok karang menjulang dengan tengkorak yang disusun pada dindingnya. Skenario menyebutkan, pulau itu ada di perairan Sumatera. Pulau Tengkorak, menurut Denham, satu-satunya pulau pada 1930-an yang masih menyimpan hewan dari era prasejarah.
Keanehan muncul ketika kamera mulai menyorot penduduk asli. Mereka berkulit hitam, lebih mendekati orang Melanesia ketimbang Sumatera. Susah juga dipahami, mengapa Jackson yang biasa teliti itu sampai melakukan kesalahan geografis. Apalagi Jackson sendiri berasal dari Selandia Baru, salah satu tetangga Indonesia di selatan.
Kesalahan-kesalahan tentang Indonesia memang sering terjadi dalam film-film Barat. Krakatoa East of Java (1969) menunjukkan kesalahan geografis yang fatal. Krakatoa East of Java adalah film yang menarik. Sejumlah orang bertolak ke selatan dari pelabuhan Singapura pada 1883. Kapal Batavia Queen mengangkut orang dengan aneka motivasi—keserakahan, kebebasan, cinta—ke perairan kawasan Krakatau. Mereka memburu harta karun yang diyakini terpendam di dasar laut.
Konflik pecah ketika mereka menjumpai harta itu. Namun, gunung api itu meletus, dan masing-masing bergerak dengan pribadi dan motivasi masing-masing. Kesalahan film ini tidak pada plot, melainkan judul. Krakatau terletak di barat Jawa, bukan timur.
Indonesia adalah negeri eksotis, dengan kekayaan alam, flora maupun fauna, yang melimpah. Film Anaconda: The Hunt of Blood Orchid (2004) bercerita tentang sekelompok anak muda yang melakukan ekspedisi mencari anggrek darah di Borneo pada 2004. Mereka menjumpai penduduk asli yang hidup bertelanjang dada, menutupi aurat mereka dengan kulit kayu dan daun-daunan. Masalahnya: semua satwa, mulai dari kera, burung kakatua, burung parkit, hingga ular anaconda yang dipakai dalam film ini adalah hewan-hewan asli dari Amerika Selatan. Sebuah kerancuan geografis lagi?
Yang terang, Indonesia tempat yang menyimpan pelbagai keanehan alam. Film The Island of Dr Moreau (1996) diawali dengan kecelakaan pesawat yang menyebabkan seorang penumpang terdampar di salah satu pulau Indonesia. Di sana, ia menyaksikan kelakuan ganjil Dr Moreau, peneliti biologi yang melakukan rekayasa genetika terhadap sejumlah spesies lokal.
Hal yang sama terjadi dalam film Jumanji (1995). Allan Parrish yang diperankan Robin Williams, saat terbebas dari kotak Jumanji mengatakan: selama 26 tahun ia tersesat di Indonesia. Allan Parrish muncul bak manusia gua, wajahnya berewok dengan pakaian yang seadanya. Bersamanya muncul pula bersama ratusan hewan-hewan tropis berukuran raksasa yang kelihatan ganas dan berbahaya.
Sebenarnya, Indonesia sudah lama disinggung para penulis. Almayer’s Folley karya Joseph Conrad (1857–1924), penulis asal Polandia, mengungkap cerita dengan latar Borneo. Konon, ini novel pertama yang menyebut Borneo sebagai bagian dari catatan perjalanan Conrad. Di dalamnya Conrad mendeskripsikan Borneo sebagai tempat dengan hutan-hutan tropis yang lebat, minus cerita penduduk yang primitif. Almayer’s Folley ditulis pada 1800-an. Joseph Conrad adalah bagian dari dunia Barat yang mulai mengalihkan perhatian ke dunia timur.
Mereka eksploratif. Ada yang mencoba menulis apa adanya, ada yang sudah menyimpan stereotipe sebelum menulis. The Song of Triumphant Love (1881) karya Ivan Turgenev, penulis Rusia, berkisah tentang seorang budak Melayu asal Jawa. Budak yang pintar, menguasai bahasa Italia dengan baik, juga mahir dalam guna-guna.
Utami Widowati
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo