Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Bali -Lahar yang mengalir di Sungai Unda dimanfaatkan oleh I Dewa Gede Bayuna, 51 tahun untuk dibuat patung. Warga Kelurahan Semarapura Kangin itu tinggal tak jauh dari Sungai Unda. "Saya lihat ada endapan lahar 5 meter. Saya ambil untuk difungsikan," katanya, Minggu, 3 Desember 2017.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Saat itu, Senin, 27 November, Dewa sedang minum kopi di warung dekat Sungai Unda. Bau belerang, mengejutkan dirinya, apalagi ketika ia melihat aliran Sungai Unda mengental. Ia pun mencoba untuk menyentuh lahar hujan yang bertemperatur dingin itu.
"Saat itu terbesit lahar bisa dibentuk," tuturnya.
Sudah 6 hari ia mengerjakan patung berukuran 1x1 meter itu. Patung karyanya berbentuk seorang petapa dalam agama Hindu. Menurut Dewa ide tersebut muncul spontanitas saja. "Patung bentuk Resi memberikan petuah tutur yang baik memiliki nilai luhur yang berguna bagi manusia," ujarnya.
Patung tersebut menggambarkan seorang petapa tua yang berjanggut, rambut diikat ke atas, memakai kamen. Telapak tangan kanan patung tersebut menghadap ke depan, sedangkan tangan kiri menempel di kaki sebelah kiri yang duduk bersila.
Dewa mengerjakan patung tersebut menggunakan peralatan seadanya. Untuk mengukir ia menggunakan pisau. Ketika membentuk masing-masing bagian ia mengerjakan langsung dengan telapak tangan. "Hanya beberapa bagian (guratan) saya pakai kuas," katanya.
Kerangka patung karya Dewa menggunakan besi bekas kolom tiang, yang dibalut kawat ram. Adapun adonan lahar ia tempelkan mengikuti bentuk kerangka. "Saya tambahkan semen supaya lahar bisa kuat menempel," ucapnya. Ia menjelaskan sampai saat ini lahar yang digunakan bermuatan 5 ember ukuran tiga liter untuk patung karyanya. Saat ini patung tersebut masih 55 persen dari tahap penyelesaian akhir. Dewa memulai pembuatan patung dari bagian tangan sebelah kanan kemudian torso dan kepala.
Dewa mengakui dirinya bukanlah seorang pematung. Ia pun berharap bisa menerima banyak masukan dari pematung yang ahli untuk menuntaskan karyanya. Berbekal minat berkesenian, melukis, Dewa mencoba untuk membuat karya seni rupa, patung.
"Saya suka lukisan surealis," kata pria kelahiran 31 Desember 1966 itu. Melukis, tutur dia, ia pelajari secara otodidak. Latar belakang keluarganya adalah petani garam di Desa Kusamba, Kecamatan Dawan, Klungkung.
Dewa tidak beraktivitas melukis selama sembilan tahun, karena sibuk bekerja sebagai karyawan swasta sejak 2008-2017. Patung berbahan lahar itu menjadi momentum Dewa kembali menekuni aktivitas seni rupa. Kemampuan melukis pun ingin ia kreasikan dari bahan lahar.
Selain patung, Dewa berminat membuat lukisan yang mengambil latar obyek wisata dam Sungai Unda. Lukisan itu dibuat di atas papan lapis (tripleks) yang dibingkai. "Olesan lahar supaya lukisan memiliki tonjolan. Nanti akan saya warnai," katanya. Adapun untuk patung yang ia buat dari lahar tidak ingin ia beri warna. "Supaya alami terlihat berbahan lahar," tuturnya.