Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Pendidikan

Pengungsi Gunung Agung Ditampung di Sister Village

Para pengungsi Gunung Agung di Balai Banjar Lebah, Klungkung, juga menghidupkan perekonomian secara mandiri dengan merangkai canang sari.

29 September 2017 | 13.28 WIB

Pengungsi dari Desa Duda Utara, Karangasem sedang merangkai janur untuk membuat canang sari di Balai Banjar Lebah, Klungkung, 28 September 2017. Pengungsi secara mandiri menghidupkan perekonomian dengan berjualan canang sari di lokasi pengungsian. TEMPO/B
Perbesar
Pengungsi dari Desa Duda Utara, Karangasem sedang merangkai janur untuk membuat canang sari di Balai Banjar Lebah, Klungkung, 28 September 2017. Pengungsi secara mandiri menghidupkan perekonomian dengan berjualan canang sari di lokasi pengungsian. TEMPO/B

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Klungkung - Sebanyak 206 jiwa warga Desa Duda Utara, Kecamatan Selat, Karangasem, mengungsi di Klungkung. Ketika Gunung Agung berstatus awas, mereka menghuni Balai Banjar Lebah, Kelurahan Semarapura Kangin, Klungkung.

"Kami sudah siap menampung saat Gunung Agung berstatus siaga," kata warga Banjar Lebah, I Made Puja Darsana, saat ditemui Tempo, Kamis, 28 September 2017. Pria yang akrab disapa Pak Mupu itu berinisiatif menghubungi warga Desa Duda Utara yang ia kenal, yaitu, I Nyoman Suarsana, 43 tahun.

Baca: Lawak Bali Bondres Hibur Pengungsi Gunung Agung

Setelah menghubungi Suarsana, Mupu segera menawarkan tempat pengungsian sekaligus kendaraan transportasi untuk mengangkut warga. "Setelah ada imbauan mengungsi dari kepala dusun, warga saling memberi kabar," kata pria yang juga menjadi koordinator pengungsi warga Desa Duda Utara itu.

Saat itu, kata Suarsana, warga berinisiatif secara mandiri untuk mengungsi. "Saya tawarkan di Banjar Lebah, warga langsung bergerak pindah," ujarnya. Warga Desa Duda Utara pun bergegas meninggalkan kampung halamannya sejak Gunung Agung berstatus awas pada 22 September 2017.

Baca: Skenario Lengkap Pemerintah Hadapi Ancaman Letusan Gunung Agung

Area Balai Banjar Lebah cukup luas untuk menampung para pengungsi itu. Di sana terdapat fasilitas listrik, toilet, dan dapur. Pengungsi tidak kebingungan atau rebutan ketika ingin mandi karena warga Banjar Lebah membolehkan mereka menggunakan kamar mandi. "Semua warga Banjar Lebah sudah mengerti, jadi ya silakan kalau pengungsi mau mandi, bebas," kata Mupu.

Selama di pengungsian, warga juga menghidupkan perekonomian secara mandiri. Para perempuan setiap hari majejahitan (merangkai canang sari) untuk digunakan sebagai sesaji umat Hindu. Canang sari yang sudah jadi akan dijual.

Ni Nyoman Rupini, 40 tahun, tampak terampil merangkai janur. Rupini bersama dengan teman-teman perempuannya, yang juga pengungsi dari Desa Duda Utara, Karangasem, setiap hari mengisi waktu membuat canang sari. "Modal (uang) dari warga Banjar Lebah. Nanti yang beli juga warga sini, setiap hari habis," kata Rupini. "Kalau ada kegiatan, apalagi menghasilkan uangm kan enggak stres."

Bagi dia, kegiatan majejahitan yang dia lakukan bersama dengan ibu-ibu lain bermanfaat mengatasi kebosanan selama di pengungsian. Menurut Rupini, setiap hari modal selalu kembali dan mendapatkan keuntungan. Uang dari keuntungan berjualan canang sari para pengungsi digunakan untuk menambah bahan makanan sehari-hari di pengungsian. "Kalau masuk dapur Rp 150 ribu, kan lumayan buat beli bumbu," ujarnya.

Kepala Pusat Data Informasi dan Hubungan Masyarakat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho menjelaskan, hal tersebut adalah penerapan konsep sister village. Artinya, desa-desa yang aman menerima pengungsi dari kawasan yang berbahaya. "Di Bali (sister village) berjalan otomatis. Modal sosial orang Bali secara spontan memberikan bantuan kepada pengungsi," katanya.

Menurut Sutopo, masyarakat Bali tanggap saling merespons pergerakan pengungsi. "Saya jarang sekali menemukan ini di tempat lain. Namun, di Bali, di mana-mana menawarkan bantuan," ujarnya. Saat ini jumlah pengungsi Gunung Agung mencapai sekitar 130 ribu orang.

BRAM SETIAWAN

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus