Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Penyakit langka multiple sclerosis tak membuat Ferrasta Soebardi alias Pepeng, 56 tahun, patah semangat. Kendati fisiknya terpaku di atas kursi roda dan tempat tidur, energinya berlimpah dan pikirannya tetap berkelana bebas. Dia telah menulis lima buku dan akan melanjutkan kuliah ke jenjang S-3. ”Seharusnya buku-buku itu diluncurkan Oktober tahun lalu tapi ditunda karena penyakit saya kumat,” ujarnya.
Salah satu buku itu mengenai pergulatannya melawan sakit yang dimulai dari lumpuh di bagian perut ke bawah. ”Isinya pengalaman saya serta cerita teman dan kerabat,” katanya. Dia ingin berbagi kepada semua orang bahwa sakit bukan akhir dari segalanya. ”Buktinya saya tetap bisa berkarya, tetap bisa ngantor.”
”Kantor” yang dimaksud Pepeng adalah kamar dan laptop. Sejak sakit, dia memang tak bisa dipisahkan dari komputer pangku. Saat mulai membaik dari sakit, benda itu pula yang pertama dia cari. ”Siuman dari pingsan, saya langsung tanya laptop. Soalnya sudah ada ide,” ujarnya terbahak. Lewat laptop pula dia akan menempuh program doktor. ”Kuliah S-3 kan kebanyakan riset. Jadi bisa dikerjakan sambil tiduran.”
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo