Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Gaun merah berpadu serasi dengan kulitnya yang kuning langsat. Malam itu Kamidia Radisti terlihat seperti wanita Eropa. Ia berdiri sambil menggamit lengan seorang lelaki yang mengenakan busana sinyo Belanda. ”Saya berperan sebagai noni Belanda,” ujar Putri Indonesia 2007 itu seusai pentas ludruk berjudul Sakerah di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Ahad lalu.
Disti—sapaan akrabnya—merasa senang. Keinginannya ikut pentas ludruk telah tertunaikan. Kendati hanya sekali muncul di panggung, mantan atlet renang Jawa Timur ini merasa puas. ”Saya senang bisa bermain bersama Kartolo, maestro ludruk,” kata nona kelahiran Surabaya 25 tahun lalu ini.
Untuk pementasan ini, Kamidia berlatih selama sebulan. Dia belajar mengucapkan bahasa Belanda dari neneknya. Bagian yang paling sulit dari ludruk, menurut dia, adalah mengatur emosi dan konsentrasi. ”Saya harus berkonsentrasi dari ujung kaki sampai ujung kepala.” Kapan main ludruk jadi putri?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo