Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Desainer busana muslim satu ini terbilang muda, 20 tahun, tapi ia telah mengukir prestasi internasional. Koleksinya pun terdengar hingga ke mancanegara. Terakhir Dian Pelangi memboyong karyanya ke International Fair of the Muslim World di ibu kota mode, Paris. "Mulai coat, syal, sampai kaftan hampir ludes. Agak menyesal enggak bawa banyak," kata dia akhir pekan lalu.
Tiga hari di sana, Dian sering diminta mempraktekkan cara memakai hijab. "Mereka sangat senang diajarin pakai kerudung. Setiap saya lewat, mereka minta saya copot kerudung dan praktekkan cara memakainya," tutur pemilik nama Dian Wahyu Utami itu.
Di Paris, dia menggelar koleksi sesuai dengan musim dingin, semisal topi ushanka dari Rusia atau turban. Semua busananya dibuat dari kain asli Indonesia. "Bawa batik, jumputan, songket, tenun. Semuanya dari Indonesia," katanya. Dian yakin Indonesia pantas dinobatkan menjadi kiblat fashion busana muslim dunia. Dibandingkan dengan negara muslim lainnya, Indonesia yang pluralis dianggap lebih luwes.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo