Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
KENDATI punya hak naik maskapai penerbangan terbaik dan duduk di kelas bisnis, Duta Besar Indonesia untuk Swiss, Djoko Susilo, lebih memilih duduk di kelas ekonomi ketika melakukan perjalanan. Djoko merelakan hasil penghematannya digunakan untuk mempromosikan kebudayaan Indonesia di Swiss. "Lebih baik tidak duduk di kelas bisnis yang mahal, supaya bisa mempromosikan Indonesia," katanya dengan suara sengau karena terserang flu.
Dalam setahun, dia biasa terbang tiga kali bolak-balik Jakarta-Zurich untuk urusan dinas. Dengan duduk di kelas ekonomi, dia menghemat US$ 20 ribu. Uang itu digunakan untuk mendatangkan 16 seniman dan akademisi Indonesia ke Swiss, baik untuk promosi kebudayaan maupun kegiatan ilmiah.
Akibat perilaku hematnya, Djoko pernah ditegur anggota Dewan Perwakilan Rakyat dan Badan Pemeriksa Keuangan. Dia menjelaskan anggaran untuk menjalankan misi kebudayaan tidak mencukupi. Untuk menyewa lokasi pergelaran di luar kedutaan saja anggarannya pas-pasan. Apalagi KBRI tidak memiliki aula yang memadai.
Demi mempromosikan Indonesia, Djoko juga selalu mengenakan batik dalam acara resmi di forum internasional. Sehari-hari, dia juga memilih menggunakan angkutan umum atau bersepeda ketimbang menggunakan mobil dinas. Menurut dia, uang bensin bisa digunakan untuk menjemput dan mengantar para tamu kedutaan. "Saya juga jadi lebih sehat," katanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo