Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
PEROBOHAN tiga patung wayang di Purwakarta, Jawa Barat, 18 September lalu, mengaduk-aduk emosi Hashim Djojohadikusumo, 57 tahun. Begitu menjejakkan kaki di Tanah Air dari liburan panjang di London, Inggris, dia segera merencanakan kunjungan ke Purwakarta untuk memberikan dukungan moril kepada Bupati Dedi Mulyadi. "Peristiwa itu mengejutkan saya," kata Hashim. "Saya kaget dan terus terang marah serta kecewa dengan perilaku bangsa kita."
Di Purwakarta, Hashim semakin sedih melihat empat patung sudah tidak lagi di tempatnya. Patung Semar, Bima, dan Arjuna sudah tidak lagi mendiami singgasana yang dibangun Bupati Dedi Mulyadi pada tahun lalu. Pada Juli sebelumnya, massa berseragam putih juga telah merobohkan patung Batara Kresna yang dibangun pada 2009. Patung Yudhistira, yang sempat dirusak, kini telah diperbaiki dan kembali berdiri di gerbang kompleks Bupati Purwakarta.
Masyarakat, menurut Hashim, seharusnya bersatu padu membangun Purwakarta menjadi kota budaya. Dia mencontohkan masyarakat Mesir yang bersatu menyelamatkan peninggalan Firaun sebagai benda budaya. Langkah yang dilakukan Bupati Purwakarta seharusnya menjadi contoh pembentukan identitas budaya. "Masyarakat bisa memetik pelajaran dari watak dan karakter setiap tokoh," ujar pengusaha besar itu. "Purwakarta juga bisa tumbuh menjadi kota tujuan wisata."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo