Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tokoh

<font size=2 color=#006699>Shahnaz Haque </font><br />Buku Warisan Mertua

2 November 2009 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SHAHNAZ Natasya Haque, 37 tahun, sibuk bukan kepalang. Di samping mengurus tiga orang putri dan suami yang dikasihinya, masih ada puluhan ribu buku warisan mertua yang membutuhkan uluran tangannya.

Ambisi mantan putri favorit Putri Indonesia 1995 ini memang tinggi menjulang: mendirikan perpustakaan umum dengan modal buku-buku tersebut. Namun Shahnaz belum punya cukup daya dan waktu untuk mewujudkan mimpinya itu. Banyak yang harus dikerjakan. Rak-rak buku di rumah mertuanya di bilangan Bintaro tak sanggup lagi menampung. Luber, sebagian buku itu terpaksa diboyong ke studio musik suaminya, Gilang Ramadhan, tak jauh dari rumah sang mertua. Dan sebagian lagi—apa boleh buat—ditumpuk, dimasukkan ke dalam peti di rumahnya di Pondok Kacang, Tangerang.

Pernah, suatu ketika mertuanya minta diambilkan sebuah buku dari tumpukan koleksinya yang menggunung. Shahnaz angkat tangan, seraya mengambil jalan pintas. Ia lari ke toko buku, membayar, lalu menyerahkannya kepada ayah mertuanya. ”Ribet kalau harus cari, mendingan beli lebih gampang,” katanya terbahak.

Jalan untuk mewujudkan mimpinya yang satu itu masih panjang. Tapi Shahnaz tak bisa menghindar bahwa hal itu merupakan tanggung jawabnya. Sang mertua, almarhum Ramadhan K.H., sosok yang sangat dekat dengannya, dan mereka sama-sama mencintai buku. ”Waktu menikah, langsung deh buku-buku itu dikasih ke aku. Kebetulan mantu perempuan yang satunya juga enggak doyan baca,” katanya.

Sang mertua selalu mendapat tempat yang istimewa di hati Shahnaz. Dan itu pun sudah berlangsung jauh hari sebelum ia berkenalan dengan drummer yang kemudian menjadi suaminya, Gilang Ramadhan. Kuantar ke Gerbang, buah karya Ramadhan K.H., adalah buku pertama yang dibacanya. ”Waktu SMA aku pernah bilang dalam hati, aku mesti ketemu dengan penulis ini. Bukunya romantis, idealis. Pasti orangnya juga begitu, eh malah jadi mantu.”

”Buku itu tempat ajaib, semua hal bisa kita dapat dari situ. Aku pengin menumbuhkan minat baca pada orang-orang,” kata alumnus Teknik Sipil Universitas Indonesia ini.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus