Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
KETUA Umum Partai Amanat Nasional Soetrisno Bachir kini doyan bicara tentang tasawuf. Dan memang, sejak pertengahan tahun ini, pendiri Grup Sabira itu telah belajar tasawuf dari guru asal Singapura. Pelajarannya pun cukup intensif, tiga kali dalam sepekan. Sejak kapan ia tertarik tasawuf?
”Saya belajar tasawuf sudah lama melalui buku, tapi baru sekarang bertemu guru yang cocok,” ujarnya kepada Tempo. Pengusaha 52 tahun yang kemudian terjun ke dunia politik praktis ini merasakan ketenangan lewat tasawuf. Bahkan, gara-gara tasawuf itu, hatinya mantap melepaskan diri dari panggung politik.
”Hakikat belajar tasawuf adalah toleransi. Sayangnya, sikap toleran tidak ada dalam kamus partai politik,” kata pria yang gagal menjadi calon presiden Indonesia 2009-2014 ini. Ia menegaskan, tak akan lagi ikut pemilihan ketua umum partai awal tahun depan. Insaf? Yang jelas, ia punya mimpi untuk mendirikan lembaga keuangan semacam Grameen Bank. ”Dulu saya menyumbang untuk partai, sekarang saya berikan untuk yang membutuhkan,” tuturnya.
Tasawuf juga tak membuat mantan aktivis HMI ini menjauhi dunia. ”Saya masih ngopi di kafe dan jalan ke Bali,” katanya terbahak. Cuma, kini ia punya cita-cita khusus: melanglang buana untuk belajar spiritual. ”Kalau belajar tasawuf, ke mana pun saya pergi, ke Amerika sekalipun, itulah perjalanan spiritual.”
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo