Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
BAGAIMANA rasanya menyanyi jazz di lereng gunung? ”Seru banget,” ucap penyanyi Trie Utami, 41 tahun. Pentas di Bromo bersama kelompok Kua Etnika pimpinan Djaduk Ferianto, Sabtu dua pekan lalu, Trie Utami mengaku amat menikmati pengalaman pertamanya itu. Ia menyanyi bukan cuma di depan penonton jazz, tapi juga di depan penduduk Bromo yang polos. ”Ada yang nongol dari pagar, ada yang masih sarungan. Pokoknya, eksotis banget,” ujarnya berbinar-binar.
Sore itu, di tengah udara yang menggigil, Iie, begitu Trie disapa, menyanyikan sekitar sepuluh lagu. Di nomor Ronggeng yang berirama Latin, sebuah anglo besar penuh arang membara disodorkan ke atas panggung. Iie pun merespons dengan meliuk-liukkan tubuh bak penari jaipong. Saat menyanyikan Kopi Dangdut, penonton kemudian menyerbu panggung untuk berjoget.
Mantan vokalis grup Krakatau ini bercerita, penduduk di kota-kota sekitar Bromo seperti Probolinggo menyempatkan diri menonton Jazz Gunung, festival yang dijadwalkan bakal digelar tiap tahun. ”Padahal jarak Bromo ke kota jauh,” ujarnya.
Iie berharap pertunjukan itu mampu menggugah pariwisata Bromo, yang hancur sejak lumpur Lapindo menyembur tiga tahun lalu. ”Supaya 3B tetap berjaya,” katanya. 3B? Itu tuh, Bali, Borobudur, dan Bromo.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo