Dengan duit, apa saja bisa dilakukan, termasuk membenahi masa lalu yang kelabu. Setelah menjadi aktivis dangdut paling terkemuka di negeri ini, Ainur Rokhimah alias Inul Daratista, 24 tahun, merasa perlu membuat cerita masa lalunya menjadi kinclong. Mereka berencana membuat resepsi pernikahan delapan tahun silam. Maklum, saat itu, hidup keduanya lagi morat-marit.
Januari kelak, di kampung halamannya, Pasuruan, Jawa Timur, sebuah perhelatan besar akan diadakan. Rencananya, dengan menghabiskan duit Rp 100 juta, Inul dan Adam akan menggelar pesta tiga hari tiga malam lengkap dengan wayang dan pertunjukan dangdut. Tapi pasti acaranya kurang heboh. Sebabnya? "Aku enggak mau menyanyi. Biar teman-teman yang manggung," ujarnya.
Kuntowijoyo
Pada hari ulang tahunnya yang ke-60, Kuntowijoyo jatuh haru. Itu terjadi karena teman-temannya membuat kejutan dalam perayaan jarig-nya, Kamis pekan silam, di Yogyakarta. Tak ada kue tart dalam acara itu, yang muncul justru dua buah bukunya, Wasripin dan Sutinah dan Metodologi Sejarah, diterbitkan. Tak pelak, Kunto pun merasa sangat dimanjakan. "Bukan hanya di sini saya dimanjakan, tapi di tempat-tempat lain pun saya merasakan hal sama," kata Kunto
Eh, betul juga. Sepulang dari acara itu, anak dan cucunya kembali membuat perayaan ultahnya. Bukan buku yang didapat, melainkan potongan nasi tumpeng dan doa untuk kesehatan dan keselamatannya. Meski dimanjakan, hal itu tak mengganggu kegiatannya. Hingga kini, meski masih sakit, Kunto masih tetap sibuk menulis. "Menulis apa saja. Kalau jadi novel berarti menulis novel, kalau jadi cerpen berarti menulis cerpen. Tergantung mood-nya," kata dia. Yang jelas, momen istimewa ini amat berguna bagi dirinya dalam proses penulisan buku berikutnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini