Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Poin penting
Baskara Mahendra jatuh cinta kepada karya Pramoedya Ananta Toer.
Baskara tak mau menonton film Bumi Manusia karya Hanung Bramantyo.
Baskara mau menonton film adaptasi novel kalau bukan novel favoritnya.
AKTOR Baskara Mahendra jatuh cinta kepada karya Pramoedya Ananta Toer. Ia melahap Tetralogi Pulau Buru—Bumi Manusia, Rumah Kaca, Anak Semua Bangsa, dan Jejak Langkah—juga Gadis Pantai dan Bukan Pasar Malam.
Saking cintanya kepada karya sastrawan yang meraih Ramon Magsaysay Award for Journalism, Literature, and the Creative Communication Arts pada 1995 tersebut, Baskara ogah menonton film Bumi Manusia (2019) besutan Hanung Bramantyo, yang diadaptasi dari novel berjudul sama. Ia khawatir cerita yang dilihatnya bakal berbeda dengan imajinasi yang telah ia bangun saat membaca novel tersebut. "Saya pembaca yang takut kecewa," kata Baskara, 27 tahun, Selasa, 26 November 2019.
Baskara baru mau menyaksikan film hasil adaptasi novel kalau ia tak memfavoritkan novel tersebut. Misalnya ia menonton seri film Twilight Saga: Twilight (2008), New Moon (2009), Eclipse (2010), Breaking Dawn-Part 1 (2011), dan Breaking Dawn-Part 2 (2012). Film itu diadaptasi dari karya novelis Amerika Serikat, Stephenie Meyer.
Jika tahu novel yang menjadi basis cerita film adalah novel yang kuat, Baskara memilih menonton filmnya lebih dulu. Misalnya film Sang Penari (2011), yang diadaptasi dari novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari. Itu pun ia kecewa pada beberapa bagian film. “Di film desanya hijau, ternyata pas baca novelnya gersang banget,” ujar Aktor Pendukung Pilihan Tempo 2019 lewat perannya sebagai Jojo dalam film Bebas ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo