Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SOAL menonton langsung Piala Dunia, sutradara Andibachtiar Yusuf sudah quat-trick. Pria 44 tahun asal Jakarta ini hadir di stadion-stadion di Jepang-Korea Selatan pada 2002, Jerman 2006, dan Afrika Selatan 2010. Semuanya gratis.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tahun ini, Yusuf kembali ketiban hoki. Peraih Piala Citra 2008 pada kategori film dokumenter itu bisa ke Rusia berkat tiket pertandingan yang diraih temannya dari undian. "Awalnya tidak berniat pergi, tapi teman mengajak," katanya kepada Tempo, pekan lalu. Dia tiba di Moskow pada Selasa pekan lalu dan langsung menyaksikan tim favoritnya, Brasil, mencukur Serbia 2-0.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pada Piala Dunia 2002, Yusuf mendapat tiket dari saudaranya yang bekerja di Korea. Empat tahun kemudian, dia diundang ke Jerman karena film dokumenternya, Hardline (2005), terpilih dalam kompilasi film pendek Piala Dunia. Dia hadir pada Piala Dunia 2010 berkat sponsor. Namun niatnya berangkat memakai duit sendiri ke Brasil pada 2014 kandas terbentur jadwal syuting.
Penggemar klub Liverpool dan Persija Jakarta ini mengibaratkan menonton langsung Piala Dunia layaknya beribadah haji: diupayakan untuk ditunaikan sekali seumur hidup, jika mampu. Tapi, kalau sudah pernah sekali, pasti ingin melakukannya kembali. "Toh, orang naik haji ada yang sampai berkali-kali," ujarnya.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo