Sebutlah nama Lazelo Polgar kepada warga Hungaria, maka mereka akan mengatakan "O, si keluarga catur?" Memang, dalam keluarga Lazelo Polgar, ada tiga wanita pemain catur kelas dunia: Zsuzsa Polgar, Zsofia Polgar, dan Judith Polgar. Zsuzsa dan Judith, ditemani sang ayah, berada di Indonesia sejak Senin pekan lalu. Si bungsu Judith, 13 tahun, mempunyai prestasi luar biasa dalam dunia catur. Rekor Bobby Fischer (AS), yang mencapai gelar Master Internasional (MI) pada usia 13 tahun, gugur ketika Judit meraihnya dalam usia 12 tahun. Ini menjadikannya sebagai MI termuda dalam sejarah. Dia juga pemegang medali emas Olimpiade Catur 1988 sekaligus pecatur wanita peringkat satu dunia. "Catur sangat menarik, ia gabungan antara seni berpikir dan ilmu strategi yang tiada duanya," kata Judith kepada wartawan TEMPO, Wahyu Muryadi. Di Jakarta, Judith sempat mendemonstrasikan permainan catur aneh, yakni melangkahkan buah catur tanpa melihat papan catur atau blindfold. Jadi, ketika sedang bertanding, ia membelakangi papan catur dengan mata ditutup kain. Setiap lawannya melangkah, notasi dan posisinya didiktekan kakaknya, Zsuzsa. Begitu pula ketika ia ingin melangkah, hanya menyebutkan notasi, sang kakaklah yang melangkahkan buah catur. Lawan mainnya pada Senin malam itu, Karma Sebayang, pecatur kuat DKI, terpaksa menyerah pada langkah ke-20. Bahkan, Judith juga mengalahkan komputer catur, chess master computer dalam waktu 2 menit. "Tidak terasa kalau main. Sangat mudah sih mengalahkan mereka," jawab Judith, yang berlatih catur sejak usia 5 tahun, dan tetap berlatih 8 jam seharinya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini