Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Pelajar segala bintang

Para artis yang masih sekolah, sering meninggalkan pelajaran untuk syuting. dep p dan k tidak memberikan dispensasi bagi mereka. untuk olahragawan & seniman diberi kesempatan karena mewakili daerah/negara.

23 Juni 1990 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BINTANG pelajar memang harus pintar. Tapi, pelajar bintang tak selamanya pintar. Lihat saja bintang panggung dan layar kaca Anggun C. Sasmi. Penyanyi rock yang sedang ngetop dengan lagunya Mimpi ini Sabtu dua pekan lalu terpaksa gigit jari. Di rapornya tertulis "tetap tinggal di kelas I" SMA 68 Jakarta. Ia maklum tak naik kelas. "Bukan karena goblok, tapi kesempatan belajar tak ada. Sering tak masuk sekolah," kata gadis centil itu. Tawaran show sering menggebu-gebu. Bahkan, katanya, kehadirannya di kelas bisa dihitung dengan jari. "Dalam sebulan, paling saya masuk tiga hari. Malah pada bulan Maret lalu kosong," ujarnya enteng. Anggun, 16 tahun, mengaku kacau dalam membagi waktu sekolah dan menyanyi. Apalagi, rocker itu lagi laris manggung di mana-mana. Ia sering cuma meninggalkan surat di meja kepala sekolah. "Diizinkan atau tidak, saya tetap berangkat," kata artis yang sudah menyanyi sejak SD itu. "Pokoknya, sekolah jangan sampai mengganggu profesi." Karena tak naik kelas, Anggun lantas loncat ke sekolah swasta. Ia berharap bisa diterima di PSKD I dan langsung masuk kelas II. "Mudah-mudahan di sekolah swasta, izin bisa lebih longgar," katanya. Namun, tak semua pelajar bintang nekat seperti Anggun. Novia Kolopaking, 17 tahun, misalnya. Ia tetap menjatuhkan pilihan nomor satu untuk sekolah. Bintang film sinetron Jendela Rumah Kita ini punya jadwal. Syuting film hanya dilakukan di luar jam sekolah. Kalau misalnya bentrok, ia minta izin resmi ke sekolah dan masuk lagi tepat waktu. Dalam serial Jendela Rumah Kita, Novia berperan sebagai murid SMP, keponakan Jojo (Dede Yusuf). Paling banyak, siswi kelas II SMA 3 Jakarta itu absen empat hari dalam sebulan untuk urusan karier. Kecuali ber-acting di depan kamera, gadis berlesung pipit ini juga aktif menyanyi dan memerankan tokoh Yessi dalam sandiwara seri radio Ibuku Sayang, Ibuku Malang produksi PT Idola Citra Utama. Untuk rekaman radio, ia sering datang masih berseragam sekolah. Berkat pembagian waktu yang ketat, Novia kini bisa naik ke kelas 111. Masih ada lagi Desy Ratnasari, "bekas pacar" om Novia dalam Jendela Rumah Kita. Tokoh Astuti yang dalam film dikisahkan kabur dari Jakarta itu ternyata memang pulang ke Sukabumi. Ia harus sekolah di SMA 3. "Bagi saya, sekolah sangat penting untuk masa depan. Bermain film ada batasnya. Kalau tak dibarengi dengan pendidikan, saya tak akan jadi apa-apa," kata Desy. Cita-citanya menjadi dokter anak. Untuk itu, belajar tak bisa diabaikan. Setiap kali harus syuting, bintang film dan iklan itu selalu membawa buku pelajaran. Waktu istirahat dimanfaatkan untuk belajar. Begitu masuk sekolah, ia menguber gurunya untuk minta catatan atau ulangan susulan. Jadi, layaklah kalau Desy bisa naik ke kelas II. Di sekolah, kata Hidayat, Kepala SMA 3 Sukabumi, Desy hanya mendapat keringanan ikut ulangan susulan. Nilainya sama sekali tak dikatrol. Gadis berkulit kuning mulus itu tergolong pintar di kelasnya. Bintang TV itu masuk ranking ke-5 dan bisa membawa nama baik sekolah. Namun, agaknya, tak semua sekolah menganggap bisa numpang beken dari artisnya yang ngetop. SMA 3 Jakarta, misalnya, yang menjadi "gudang" pelajar segala bintang. "Kami memperlakukan semua murid sama," kata Kepala Sekolah N.T. Padidi. "Kalau mereka punya kegiatan di luar sekolah, kami dukung. Asal tahu diri," ujarnya. Ada syarat untuk minta izin. Murid yang artis, produser dan orangtua harus sama-sama datang ke sekolah dan mengajukan surat. Izin baru diberikan bila si artis bernilai baik dan dan tak banyak bolos. Namun, ada pula yang suka membandel. Kepala SMA 3 Jakarta itu memberi contoh muridnya, Sophia Latjuba. "Ia hampir saja saya keluarkan," katanya. Sebab, bintang film, fotomodel, dan penyanyi yang seksi itu dinilai sering membolos. "Suatu hari dia minta izin ke Ujungpandang. Langsung saya katakan, 'kalau kamu mau pergi juga, sekarang juga namamu saya coret'," katanya. Ternyata, bintang Valentine dan sejumlah film itu menurut. Karena sering absen, beberapa kali Sophi mendapat teguran. "Habis, waktu teken kontrak saya dijanjikan hanya dishoot di luar jam sekolah. Tapi, setelah jalan, jadi lain," katanya. Kebetulan Sophi, yang belajar SMP di Jerman Barat, merasa tak sulit mengikuti pelajaran. Hasilnya, bintang film yang lagi ngetop di kalangan remaja itu dinyatakan lulus Ebtanas dari SMA 3. Ia sadar, sekolah ternyata memang penting. "Dunia artis tak dapat diandalkan," kanya. Memang, Departemen P dan K pun tak pernah memberikan dispensasi bagi para artis. "Mereka sudah profesional, mereka cari duit, jadi tak ada dispensasi," kata Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, Prof. Hasan Walinono. Sanksi tak boleh ikut ujian tetap berlaku bagi siswa yang membolos 10 persen lebih. "Lain dengan olahragawan. Apalagi yang termasuk dalam tim-tim nasional. Mereka akan dilayani dengan guru dan modul. Bila ada ujian, bisa mereka ikuti di pemusatan latihan," katanya. "Kami ingin, para atlet dan siswa itu berhasil," katanya. Kelonggaran serupa diberikan bagi pelajar seniman yang mewakili daerah atau negara untuk show. Gatot Triyanto, Ardian T.G., Leila S. Chudori (Jakarta), dan Ida Farida (Bandung)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus