DUTA Besar Tunisia di Jakarta, Azouz Ennifar, Sabtu pekan lalu meninggalkan Jakarta. Masa tugasnya di sini sudah habis. Karena itu, kepergiannya bersama istrinya, Feriel, dan ketiga anaknya tentu saja membawa banyak kenangan. Maklum, ia sudah empat tahun bertugas di sini, di negeri yang, katanya, banyak persamaannya dengan Tunisia. Ketika pertama kali datang ke Jakarta, Nyonya Feriel merasa tak betah. Mungkin karena ia tinggal di hotel. "Belakangan saya mulai betah. Orang Indonesia begitu ramah dan menyenangkan," kata nyonya yang gemar melukis ini. Lantas, apa beda Tunisia dengan Indonesia? Di Tunisia ada UU larangan berpoligami bagi warganya. "Siapa saja yang mempunyai lebih dari satu istri bisa dipenjara," kata Feriel. Dengan UU itu, Tunisia sangat melindungi kaum lemah, yakni wanita. Malah ada bukti lain lagi. Jika suami-istri bercerai, harta mereka menjadi milik bekas istri. Bagi Ennifar, orang Indonesia itu sangat baik. "Cuma mereka tidak pernah mengatakan "tidak", saking sopannya. Jadi, kami harus mengira-ngira apa maksudnya," kata Dubes Ennifar. Pasangan ini populer di sini. "Untuk belanja ikan dan sayur dengan istri saya, saya suka naik becak atau bajaj," kata Ennifar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini