Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pekan lalu Nurul Izzah, 34 tahun, ditangkap polisi Malaysia dengan tuduhan menghasut. Presiden Partai Keadilan Rakyat ini dijebloskan ke tahanan polisi selama 24 jam karena menyatakan mahkamah Malaysia tidak independen dalam mengadili ayahnya, bekas wakil perdana menteri Anwar Ibrahim.
Hal paling menyedihkan buatnya adalah berpisah dengan anak-anaknya, Raja Nur Safiyah, 7,5 tahun, dan Raja Harith, 5,5 tahun. "Saya tidak menangis di tahanan. Saya hanya menangis saat memeluk anak-anak saya saat akan ditangkap. Saya tidak mau menangis karena saya ditangkap dengan zalim. Kita berjuang karena benar. Tidak perlu ada kesedihan. Ini adalah bagian dari perjuangan," katanya pekan lalu.
Tidak termangu dalam kegundahan, anggota parlemen ini di dalam penjara justru memanfaatkan penahanannya untuk menggali banyak informasi layaknya pejabat yang blusukan. "Saya banyak berbicara dengan pegawai polisi penjara dan mendapatkan informasi penting di tahanan, seperti sel yang terlalu penuh dan ibu-ibu yang ditahan bersama anak-anak mereka," ujarnya. Tapi, sebagai tahanan politik, dia tidak mendapat keistimewaan, termasuk soal tempat tidur. "Saya tidur di lantai. Tak ada pilihan."
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo