Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tokoh

Buka praktek tusuk jarum

Jeanne daryatmo, 44, membuka praktek pengobatan dengan tusuk jarum di petojo, jakarta. rajin mengikuti berbagai kursus dan berkeinginan mendirikan pusat pengobatan tradisional. (pt)

5 Mei 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

JEANNE Daryatmo (44 tahun), isteri Jenderal Daryatmo Ketua DPR/MPR, suka mengikuti bermacam kursus. Memasak, menjahit, membuat kue, kecantikan, merawat rambut dan masih banyak lagi. Untuk apa? "Tidak ada ruginya," ujar Jeanne yang berkulit kuning dan bertubuh tegap. "Mungkin sekarang kita tidak memerlukan. Tapi siapa tahu kelak, bila suami telah berhenti bekerja." Tidak jarang, keahliannya memasak ditunjukkannya pada kesempatan arisan atau pertemuan ibu-ibu. "Jadinya lebih murah," katanya. Semua masakan yang pernah dipelajarinya dicatatnya dengan rapi dalam sebuah buku khusus. Keinginannya mempelajari tusuk jarum kini telah membawa manfaat. Tusuk jarum itu dipelajarinya 2 tahun dan sekitar 4 bulan turut praktek bersama shinshe yang jadi gurunya. 11 Maret 1974, bersama seorang temannya, Jeanne membuka praktek di wilayah Petojo, Jakarta -- 3 hari dalam seminggu. Pasiennya lumayan, bayarannya Rp 1.000 -- dan yang tidak mampu tidak dipaksa bayar. Jeanne tidak pernah membawa keluarganya ke dokter. Suaminya, anak-anaknya atau pembantunya, diobatinya sendiri dengan tusuk jarum. Tidak jarang di rumahnya di Kebayoran ada pasien yang datang. Tak pernah ditolaknya, karena di rumah pun tersedia kamar pasien dengan 3 tempat tidur. Dan kalau Jeanne bepergian, dalam tasnya pun tak dilupakan seperangkat alat tusuk jarum. "Kalau ikut kursus saya sering pakai nama samaran," tuturnya, "agar tidak diketahui." Kini, seminggu tiga kali dia ikut senam. Setiap Senin dan Kamis berpuasa, dan sebulan sekali mutih: hanya makan nasi dan minum air. Ibu dari tiga orang anak yang sudah akil baliq ini (yang terbesar 27 tahun dan sudah menikah) tentu saja sibuk sekali. Tetapi suaminya mengerti akan hal itu, bahkan tak segan-segan Jendcral Daryatmo mendapat titipan untuk beli sabun atau maskara (celak mata) dari isterinya kalau akan jalan-jalan ke pusat perbelanjaan blok M, Kebayoran. "Ada satu hal lagi yang belum terwujud dalam angan-angan saya," ujarnya. Yaitu mendirikan pusat pengobatan tradisionil seperti yang pernah dilihatnya di Hongkong, Korea atau Australia. Gapetra (singkatan dari Gabungan Pengobatan Tradisionil) telah dibentuknya di tahun 1978. "Kalau hanya tusuk jarum, penyembuhan akan memakan waktu lama," ujarnya, "karena lebih baik kalau digabung dari beberapa ahli pijat, jamu atau tusuk jarum. Cuma kesukarannya sekarang ialah soal biaya yang belum ada."

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus